Terungkap! Alasan Basarnas Sering Telat Selamatkan Korban : Rinjani Jadi Bukti Nyata!

Kamis, 14 Agustus 2025 | 08:38 WIB
Terungkap! Alasan Basarnas Sering Telat Selamatkan Korban : Rinjani Jadi Bukti Nyata!
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii. (Suara.com/Novian)

Suara.com - Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii mengungkap, salah satu penyebab seringnya keterlambatan penyelamatan korban di lapangan, seperti yang terjadi ketika jatuhnya turis adal Brasil Juliana Marins di Gunung Rinjani.

Syafii menyebutkan, kondisi geografis Indonesia yang luas tetapi jumlah kantor SAR terbatas membuat waktu tempuh menuju lokasi kejadian kerap memakan waktu panjang.

Basarnas diketahui saat ini baru memiliki 45 kantor di seluruh Indonesia.

Satu kantor bisa mencakup hingga 29 kabupaten/kota.

"Sehingga pada saat ada kejadian, kalau itu mengandalkan dari Badan SAR Nasional, mungkin ibaratnya itu ada yang sampai 300 kilo harus kami jangkau," kata Syafii usai MoU dengan Kementerian Pariwisata di Jakarta, Rabu (13/8/2025).

"Bisa kita bayangkan bahwa kondisi kedaruratan itu sudah tidak akan bisa kita selamatkan," tambahnya.

Momen Tim Relawan Tidur Bersama Jasad Juliana Marins di Tebing Curam Berbatu (Instagram)
Momen Tim Relawan Tidur Bersama Jasad Juliana Marins di Tebing Curam Berbatu (Instagram)

Situasi seperti itu yang dialami tim Basarnas ketika terjadi kecelakaan turis Brasil di Gunung Rinjani beberapa waktu lalu.

Syafii mengungkapkan kalau informasi kejadian telah diterima Basarnas pada pukul 4 pagi.

Sesuai standar, tim harus bergerak maksimal 20 menit setelah laporan.

Baca Juga: Pendakian Rinjani Dibuka Lagi, Ini Syarat Terbarunya

Namun, perjalanan dari kantor SAR menuju Taman Nasional Gunung Rinjani memakan waktu 2–3 jam, lalu ditambah delapan jam pendakian menuju lokasi.

"Sehingga kami baru nyampe di lokasi jam 19.30 malam. Itu kita laksanakan operasi sesuai informasi, misalkan sampai di kedalaman 150 sampai 200 meter, ternyata kita juga tidak menemukan korban padahal kita sudah menggunakan teknologi drone thermal yang seharusnya kita bisa men-detect kalau misalkan korban ini dalam kondisi hidup," tuturnya.

Pencarian berlanjut hingga hari kedua dengan meluaskan jarak pencarian hingga kedalaman jurang sampai 400 meter, namun hasilnya tetap nihil. Kondisi cuaca yang tidak menentu memperlambat operasi.

“Baru hari ketiga, sekitar pukul 06.30 pagi, korban ditemukan di kedalaman 600 meter,” kata Syafii.

Menurutnya, kasus ini menggambarkan tantangan besar yang dihadapi Basarnas.

"Itulah kondisi yang kita hadapi, sehingga sering ada SAR terlambat," akunya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI