Dia meyakini pula apa yang didapatnya sebagai karunia Allah kepada orang dengan pekerjaan menjaga tempat pemakaman umum.
“Saya pikir, barokahlah rezeki kita. Walaupun di situ hasil kita sedikit, tetapi yang lain alhamdulillah istilahnya berkahlah. Itu mungkin karena kita mengurus makam itu.”
![Tempat pemakaman umum Desa Bojongkulur [suara.com/Siswanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/05/09/83778-tempat-pemakaman-umum-desa-bojongkulur.jpg)
Dia juga menceritakan pengalaman ketika mengalami kecelakaan kerja saat memotong rumput liar yang tumbuh di pemakaman. Secara tak sengaja, pisau mesin pemotong rumput menghantam bata, lalu pisau itu tanpa ampun meluncur ke tulang kaki Gunan sehingga menimbulkan luka yang amat fatal. Tulang kaki Gunan patah sehingga dokter terpaksa menanamkan pen di kaki Gunan supaya kembali berfungsi. Gunan mesti beristirahat cukup lama untuk memulihkan luka.
“Setahun saya nggak bisa ngapa-ngapain, ngemblek aja di rumah. Sampai sekarang (kaki) memang belum normal karena pen belum diambil, walaupun saya kecelakaan seperti itu alhamdulillah saya berkah pak. Jadi, mungkin ada dorongan-dorongan almarhum kali ya di situ,” kata dia.
Berkat yang dirasakan Gunan setelah diuji melalui kecelakaan kerja, begitu banyak anggota masyarakat menunjukkan perhatian kepadanya. Selain doa, mereka memberikan berbagai bantuan. Gunan merasa terharu karena respons masyarakat tak pernah disangka-sangka sebelumnya.
“Alhamdulillah dilancarkan, ada kebarokahannya kita mengurusi makam seluruh orang Bojongkulur.”
Pengalaman lainnya yang diceritakan kepada saya, Gunan merasa pikirannya menjadi jauh lebih tenang semenjak menjadi penjaga makam.
Dulu dia punya cita-cita memiliki anak penghafal Alquran dan sekarang, “Alhamdulillah cita-cita terkabul, anak saya sekarang sudah di Turki mendapatkan beasiswa untuk mendalami Alquran.” Banyak orang, terutama lurah, memberikan dukungan nyata untuk kemajuan anaknya.
Gunan sangat bersyukur dapat menjaga makam penduduk Bojongkulur dan bagi dia pekerjaan ini merupakan amanah yang istimewa.
Baca Juga: Kisah di Balik Sukaria Badut Jalanan
Dinamika mengurus makam
Sepanjang sejarah, terutama kepengurusan pemakaman setelah guru Gunan wafat, mengalami pasang surut. Gunan menyebutnya: “Gendalanya (barangkali maksudnya kendala) berliku-liku.”
Ketika pemakaman masih diurus guru Gunan, nyaris semua kebutuhan anggaran perawatan tidak melibatkan masyarakat.
Guru Gunan seorang yang cukup berada dan dia, “nggak mau ngebebanin masyarakat” untuk membiayai perawatan makam.
Namun keadaan menjadi tak sama lagi setelah guru Gunan wafat.
“Setelah dia udah meninggal, ya itu telantar. Maksudnya tidak ada yang mau bertanggungjawab pengurusan di situ,” kata Gunan.