"Pertanyaannya, jangan-jangan ramai ini hanya di kota-kota besar, tapi tidak sampai masuk ke pelosok-pelosok sehingga kemudian biasanya akan mentok tingkat pengenalannya di 60 persenan. Karena Indonesia itu sangat besar, mau seberapa banyak memasang baliho tapi gak menjangkau daerah-daerah terpencil tingkat pengenalannya tidak akan lebih dari 60 persen," ungkapnya.
Kemudian faktor yang kedua, Yunarto menyampaikan, maraknya baliho belum tentu dengan membuat tingkat kesukaan orang meningkat.
"Kita menemukan di daerah, poster yang ditempel di rumah masyarakat itu bisa menyebalkan, meninggalkan bekas kotor. Ini ada hal-hal yang dapat menjadi efek bumerang atau ada variabel lain kemudian ketika ada kondisi yang tidak cukup tepat," katanya.
"Jadi saya pribadi melihat ini sebagai kesalahan pendekatan konservatif yang bisa dilakukan dalam kondisi normal, bukan dalam situasi anomali seperti musibah saat ini yang malah membawa efek berat," tandasnya.