Setelah sekian lama berjuang realistis hidup dengan HIV, semangat ibu berjilbab semakin kuat.
Sekarang menjalani rutinitas mengambil obat, konsultasi, minum obat tiap hari, menjadi hal yang biasa. Tanpa beban. Kehidupannya pun menjadi lebih rileks.
Aku masih mendengarkan semua ceritanya, meskipun seharusnya aku pergi ke lab untuk mengambil hasil swab PCR.
Dengan bercerita dan didengarkan, barangkali menjadi terapi untuk semakin menguatkan diri ibu berjilbab.
Pagi itu setelah cukup lama duduk menunggu, nama suami ibu berjilbab dipanggil petugas RS yang berada di balik kaca.
Ibu berjilbab bergegas menuju depan loket. Diambilnya sebotol obat. Lalu tanda tangan di atas kertas lewat sebuah lubang pembatas antara pasien dan petugas.
Selesai pengambilan obat, dia kembali duduk di sebelahku.
Diperlihatkannya botol obat itu sebelum dimasukkan ke dalam tas.
Itulah obat yang setiap bulan sekali mesti diambil dari RS. Obat itu yang harus diminum sepanjang hayat.
Baca Juga: Kisah Sopir Bajaj Perempuan: Berani Lawan Pelecehan, Berteman dengan Preman
Hari itu, suami dari ibu berjilbab tidak bisa datang ke RS.