"Apa yang kami coba lakukan adalah menciptakan semacam visi menarik tentang apa yang akan terjadi jika kami membayangkan ruang sebagai sumber daya bersama," kata McGetrick.
Pengaruh sejarah Islam di masa lalu
Penggambaran museum juga diambil dari masa lalu Islam dengan tampilan memukau dari planet-planet di tata surya yang dipetakan oleh astrolab, perangkat kompleks yang disempurnakan oleh umat Islam selama zaman keemasan Islam untuk membantu navigasi, waktu, dan pemetaan langit.
Jejak sejarah Arab mengaliri seluruh museum, termasuk di ruang meditasi yang menawarkan pengalaman sensorik yang lebih besar yang dipandu oleh getaran, cahaya, dan air.
Ketiga unsur tersebut menopang kehidupan suku-suku di jazirah Arab.
"Selalu penting untuk terus berevolusi dan berkembang serta memahami bagian budaya mana yang sebenarnya mendorong pembangunan ke depan. Menciptakan norma baru, cara hidup baru, dan cara baru untuk hidup berdampingan adalah OK,” kata Al-Amiri.
Pusat atraksi museum yang menakjubkan adalah ruang cermin gelap yang diterangi oleh kolom silinder kaca kecil dengan ilusi DNA hewan dan spesies yang telah punah, termasuk beruang kutub yang habitatnya saat ini terancam oleh suhu yang memanas.
Museum of the Future dibuka untuk umum dengan harga tiket $40 (Rp540.000,-) per orang.
Bangunan museum dikonsep oleh Killa Design, sebuah firma arsitektur yang berbasis di UEA.
Baca Juga: Bikin Betah, Ada Lounge untuk Penumpang Anak di Bandara Internasional Dubai
Killa Design menyatakan bangunan yang menghadap jalan raya utama Dubai ini telah mencapai status LEED Platinum, peringkat teratas yang disediakan untuk desain paling hemat energi dan ramah lingkungan di dunia. yas/ha (AP)