Angka tersebut belum termasuk pertambahan keluarga baru yang mencapai 700-800 ribu per tahun.
Untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah menggencarkan Program Sejuta Rumah. Sebagai informasi, Direktorat Jenderal Perumahan Kementerian PUPR mencatat capaian Program Sejuta Rumah (PSR) per tanggal 31 Maret 2022 sudah mencapai 159.372 unit atau 15,9 persen.
Capaian pembangunan rumah tersebut berasal dari rumah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebanyak 117.532 unit dan rumah untuk non MBR 41.840 unit.
Konsep RISHA sendiri menjadi faktor kunci dalam membantu percepatan program Sejuta Rumah ini, dikarenakan teknologi ini akan mempermudah dan mempercepat pembangunan rumah dan yang penting adalah tahan gempa.
Selain itu, teknologi ini dinilai sangat mudah untuk diaplikasikan juga dapat digunakan untuk pembangunan perumahan di daerah terpencil yang sulit untuk menemukan bahan material bangunan.
RISHA sendiri memang dilahirkan oleh Kementerian PUPR bukan hanya untuk menghadapi lanskap rawan bencana, namun juga untuk membantu MBR memiliki rumah tinggal sendiri.
Hal ini kembali kepada tiga manfaat konsep RISHA, antara lain sebagai program bantuan material rumah bagi MBR lebih tepat sasaran, mengakselerasi pembangunan rumah, dan menciptakan industri rumahan atau lapangan kerja di sektor properti.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan bahwa rekonstruksi pada wilayah terdampak bencana tidak hanya membangun kembali rumah yang rusak.
Tapi rumah yang dibangun diharapkan memiliki kualitas yang lebih baik dan lebih aman dari sebelumnya.
Baca Juga: Tak Kalah Canggih, Daftar Teknologi Mitigasi Bencana Buatan Dalam Negeri di Indonesia
"Pemerintah membangun rumah masyarakat terdampak bencana bukan hanya memperbaiki kerusakannya saja namun juga mengharapkan adanya permukiman baru yang tangguh terhadap bencana sehingga masyarakat merasa aman dan nyaman,” kata Menteri Basuki.
Prospek
Selain tahan gempa dan membantu akselerasi pembangunan rumah lewat Program Sejuta Rumah, tentunya hal penting yang perlu ditanyakan adalah bagaimana prospek RISHA dalam industri properti Indonesia?
Lembaga konsultan properti Knight Frank Indonesia menilai ‘Value’ material, struktur dan desain tahan gempa dari konsep RISHA ini dapat dijadikan sebagai poin adaptasi yang dapat diadopsi oleh para pelaku properti dalam mengembangkan kawasan hunian di wilayah dengan risiko gempa bumi.
Konsepsi bangunan tahan gempa, adalah salah satu rambu yang perlu dikenali oleh pengembang dalam membangun kawasan hunian.
Dengan mengenali fisik wilayah yang akan dikembangkan, umumnya pengembang akan menggali keterbatasan fisik wilayah dan mengantisipasinya dalam wujud inovasi desain hunian dan infrastruktur lingkungan.