Awal Mula Idul Adha, Sejarah dan Perintah Allah Kepada Nabi Ibrahim

Farah Nabilla Suara.Com
Sabtu, 09 Juli 2022 | 21:15 WIB
Awal Mula Idul Adha, Sejarah dan Perintah Allah Kepada Nabi Ibrahim
Awal mula idul adha (Pinterest)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Umat Muslim akan merayakan perayaan Idul Adha pada setiap tanggal 10 Dzulhijjah. Hari tersebut diwujudkan dengan melaksanakan penyembelihan hewan kurban, yang dilakukan setelah salat Id. Lantas bagaimana awal mula Idul Adha hingga kemudian dijadikan momen berkurban?

Adanya penyembelihan hewan kurban tersebut diterangkan dalam sebuah riwayat Imam Bukhari yang menyebutkan:

“Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa menyembelih hewan kurban sebelum salat (Idul Adha) maka sesungguhnya ia menyembelih untuk dirinya sendiri, dan barang siapa menyembelih kurban sesudah salat (Idul Adha) dan dua khutbahnya, sesungguhnya ia telah menyempurnakan ibadahnya, dan ia telah menjalani aturan Islam."

Lalu, seperti apakah awal mula adanya perayaan Idul Adha? Simak informasi lengkapnya berikut ini.

Sejarah Idul adha

Diketahui, sejarah Idul Adha berawal dari kisah Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail. Sejarah Idul Adha bermula dari kisah pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang menjalankan perintah dari Allah SWT untuk menyembelih putranya, Ismail AS.

Hal tersebut bersandar pada sebuah kisah yang terdapat dalam Al-Quran, yaitu dalam surat As Saffat ayat 102, yang menyebutkan:

"Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar."

Ditafsirkan oleh Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya, ia menjelaskan bahwa putra yang dimaksud adalah Nabi Ismail AS, putra yang lebih tua daripada Nabi Ishaq AS. Hal tersebut merupakan kesepakatan kaum muslim dan kaum Ahli Kitab.

Baca Juga: Jadi Lokasi Sholat Idul Adha, Dwarapala di Malang Ini Tertutup Kain

Kisahnya bermula pada suatu malam, di mana Nabi Ibrahim AS bermimpi menyembelih putranya, Ismail, saat Ismail telah sampai pada usia sanggup bekerja dengan Ibrahim AS.

Ubaid Ibnu Umair menyebutkan bahwa mimpi para nabi merupakan sebuah wahyu. Hadist yang menyebutkan hal demikian ada dalam kitab-kitab Sittah.

Disebutkan dalam sebuah riwayat yang berasal dari Ibnu Abbas RA, Mujahid, Ikrimah, S'id Ibnu Jubair, Ata Al-Khurasani, dan Zaid ibnu Aslam dan lainnya, maksud dari firman-Nya 'Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya' adalah tumbuh dewasa dan dapat bepergian dan bekerja seperti yang dilakukan ayahnya.

Pada saat Nabi Ibrahim AS membaringkan puteranya yang siap untuk disembelih dan keduanya tunduk serta berserah diri kepada kehendak dan ketentuan Allah SWT, maka Nabi Ismail AS yang ada dihadapannya tersebut digantikan oleh Allah dengan seekor sembelihan yang besar.

Dalam sejumlah riwayat menyebutkan bahwa Nabi Ismail As digantikan dengan kabing gibas.

Hal tersebut disebutkan dalam Al-Quran, yaitu surat As-Saffat ayat 103-109.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI