Presiden Harry Truman yang memerintahkan Nagasaki dan Hiroshima dibom atom pada Perang Dunia II, tertolong oleh media massa yang jauh lebih lambat dari sekarang sehingga opini global antiperang nuklir baru terbentuk beberapa puluh tahun kemudian.
Akan tetapi jika pada era ini ada seorang pemimpin yang memerintahkan penggunaan bom nuklir maka dia harus juga bersiap menghadapi reaksi instan dari seluruh dunia yang mungkin terjadi dalam hitungan jam atau menit, setelah serangan nuklir itu.
Jagat era ini berbeda dengan dunia 77 tahun. Kini, satelit, drone, dan pesawat-pesawat pengindra jarak jauh bertebaran di seluruh penjuru langit.
Sampai setahun lalu ada 4.550 satelit yang mengorbit Bumi. Beberapa di antaranya khusus ditujukan untuk misi militer.
Beberapa lainnya disewa untuk kelompok-kelompok hak asasi manusia untuk mendokumentasikan aksi-aksi anti-kemanusiaan yang pelakunya kemudian dibawa ke Pengadilan Internasional.
Contohnya, bukti kekejaman junta militer Myanmar yang didokumentasikan dengan jelas oleh satelit ketika media massa tak bisa melakukannya.
Di antara satelit-satelit itu ada yang fokus memperhatikan Perang Ukraina dan menangkap setiap momen luar biasa, termasuk dalam kepentingan mengadili pelaku kejahatan perang, seperti dalam kaitannya dengan kejahatan perang tentara Rusia di Bucha dan Izium.
Berulang kali citra satelit membantah pembelaan rezim bahwa tidak terjadi kejahatan perang atau kemanusiaan di wilayah operasinya, tidak saja di Ukraina tapi di seluruh dunia.
Satelit-satelit yang sama akan siap merekam ledakan bom nuklir dalam waktu seketika untuk kemudian disebarkan ke seluruh dunia dengan jauh lebih cepat dan jauh lebih viral dibandingkan dengan masa mana pun dalam sejarah umat manusia.
Baca Juga: Warga Rusia yang Menentang Perang Putin dengan Risiko Dipenjara
Miliaran pasang mata bakal menjadi saksi kedahsyatan bom itu beberapa menit atau jam setelah bom nuklir diledakkan.
Rugi Sendiri
![Warga melepas lentera kertas di Sungai Motoyasu untuk memperingati 77 tahun serangan bom atom di samping kubah bom atom, Hiroshima, Jepang, Sabtu (6/8/2022). [Philip FONG / AFP]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/08/07/93571-peringatan-77-tahun-bom-hiroshima-jepang.jpg)
Pada masa lalu butuh beberapa hari bagi media melaporkan dampak kerusakan akibat perang, bencana, dan malapetaka lainnya. Namun drone dan satelit era ini akan membuat manusia mendapatkan laporan dampak serangan nuklir tak lama setelah ledakan bom nuklir.
Ketika itu terjadi, media massa dan juga media sosial, akan serempak menyebarluaskan kengerian dan kerusakan akibat bom nuklir ke seluruh dunia, lengkap dengan visualisasinya.
Padahal dalam teori komunikasi, citra visual kerap memicu emosi manusia, mulai rasa senang, sedih, takut, ngeri, marah, dan seterusnya. Citra atau image yang entah foto atau video, memainkan peran amat kuat dalam membentuk persepsi manusia terhadap realitas, termasuk realitas perang.
Dalam konteks ini, foto-foto dan video kedahsyatan bom nuklir hampir pasti menciptakan rasa ngeri yang kemudian memicu amarah terhadap mereka yang meledakannya. Ketika ini terjadi maka bakal ada sikap global menolak perang dan bom nuklir.