Polusi Energi Bakar Batubara, Petaka Bagi Warga

Erick Tanjung Suara.Com
Selasa, 21 Februari 2023 | 16:31 WIB
Polusi Energi Bakar Batubara, Petaka Bagi Warga
Aktivitas PLTU Indramayu yang berada di Desa Mekarsari, Indramayu, Jawa Barat. (Dok. Trend Asia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Linda juga menyampaikan bahwa pembiayaan berkelanjutan perbankan lebih didominasi oleh sektor Usaha Mikro Kecil Menengah sebesar Rp54.080 triliun. Disusul dengan produk ramah lingkungan sebesar Rp 3.798 triliun, dan terakhir ada sektor pengelolaan sumber daya alam yang didominasi pembiayaan perkebunan kelapa sawit dan pengolahan minyak sawit bersertifikat ISPO maupun RSPO sebesar Rp 1.692 triliun. 

Lanjut Linda, bahkan porsi yang besar masih disalurkan bank pada sektor yang berisiko terhadap hutan. ”Jadi pihak perbankan belum terlalu agresif membiayai  transisi energi,” ungkapnya.

Menurut TuK Indonesia, bisa jadi rendahnya pembiayaan perbankan pada sektor lingkungan, seperti transisi energi disebabkan karena dua hal. Pertama faktor ketidaktahuan perusahaan, kedua bisa jadi, kata Linda, perusahaan dengan sengaja ingin membiayai pembangkit listrik yang tidak ramah terhadap lingkungan maupun sosial. ”Bisa dikatakan pengaduan terkait dengan lingkungan hidup tak menjadi utama. Padahal itu penting untuk keberlangsungan ruang hidup,” ujar Linda.

Corporate Secretary BRI, Aestika Oryza Gunarto, menyampaikan sampai dengan Desember 2022, Bank BRI mencatatkan penyaluran kredit sebesar 84,7 persen meningkat satu persen dari tahun sebelumnya dengan nilai 83,9 persen. “Peningkatan itu selaras dengan penyaluran kredit di segmen korporasi salah satunya kepada sektor kelistrikan termasuk PLTU,” ujar  Aestika Oryza Gunarto melalui pesan whatsapp, Selasa, 14 Februari 2023.

Merujuk pada Sustainability Report BRI pada 2021, menurut Aestika, penyaluran kredit BRI kepada PLTU turun menjadi Rp25,0 Triliun atau sekitar 2,64 persen dari total penyaluran kredit BRI jika dibandingkan pada 2020 yang nilainya sebesar Rp26,1 Triliun atau 2,96 persen dari total penyaluran kredit.  “Sesuai dengan komitmen BRI dalam implementasi ESG dan Sustainable Finance, BRI telah melakukan identifikasi dan klasifikasi portofolio penyaluran kredit berkelanjutan, termasuk sektor hijau,” ujarnya. 

Dalam penjabaran Aestika, untuk pembiayaan sektor hijau pada Desember 2022 mencapai Rp 78,8 triliun, atau setara dengan 7,7 persen dari total portofolio kredit BRI. Dari hal itu, terjadi peningkatan sebesar 26, 8 persen  penyaluran pinjaman ke sektor Energi Baru Terbarukan senilai Rp7,1 Triliun dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp5,6 Triliun.

“Ini merupakan bentuk dukungan BRI terhadap rencana pemerintah untuk mendorong pembangunan ekonomi yang rendah emisi dan berkelanjutan, yang tertuang dalam Enhanced Nationally Determined Contribution (NDC) pada tahun 2060 atau lebih cepat,” kata Aestika. 

Baca Juga: Hetero For Startup Season 3, Ganjar Pranowo Tak Menyangka Bisa Seluas Ini Jangkauannya

Sementara itu, Komisaris Independen Bank BRI periode 2015-2020, Donny Kerap menyampaikan bahwa BRI masih membiayai industri tak ramah lingkungan termasuk PLTU Indramayu lantaran hanya melihat pertumbuhan dana dan kredit kurun waktu 3-4 tahun yang dinilai bagus. Hal itu membuat BRI berkeyakinan untuk tetap membiayai PLTU. “Saya pikir harus terus menerus diingatkan pihak jasa keuangan terkait lingkungan,” ujarnya pada Rabu, 8 Februari 2023.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI