Untuk diketahui, majalah TIME kekinian memiliki 1,3 juta pelanggan cetak dan 250.000 pelanggan digital.
Jumlah pelanggan digital tersebut terbilang kecil bagi TIME dengan seluruh sejarah jurnalismenya.
“Dengan menghapus layanan berbayar, akan ada jutaan orang yang bisa mengakses artikel-artikel kami, termasuk konten arsip sejak 100 tahun lalu.”
Meski demikian, kata Sibley, manajemen tetap mengenakan biaya untuk produk cetak serta masih menawarkan versi digital berbayar dari majalah cetak (e-magazine) melalui pengecer seperti Amazon Kindle serta Apple News.
“Kami ingin menunjukkan sikap yang cerdas, yakni harus menjangkau lebih banyak orang, memperluas paparan merek TIME. Ini cara kami mengembangkan bisnis secara global,” kata Sibley.
Dia mengatakan, menggratiskan seluruh konten tidak secara otomatis menggadaikan independensi redaksi.
Sebaliknya, hal itu justru menghapus gesekan apa pun yang akan mencegah TIME memperluas audiensnya.
“Kami percaya pada demokratisasi konten,” tegas Sibley.
Pelanggan ‘kelelahan’
Baca Juga: Menghadapi Tantangan Era Informasi Palsu: Menjaga Kredibilitas Media Massa
TIME kali pertama meluncurkan hard paywall atau sistem berbayar untuk laman digitalnya tahun 2011, dan diberlakukan terhadap semua konten majalah.