Di masa kolonial Belanda, terdapat perbedaan antara buruh dengan pekerja. Kala itu, istilah buruh merupakan penyebutan untuk seseorang yang melakukan pekerjaan kasar. Misalnya, kuli tukang, dan lain sebagainya. Pemerintah Belanda menyebut pekerja kasar dengan istilah blue collar (kerah biru).
Sementara, untuk orang-orang dengan pekerjaan yang lebih halus, seperti pegawai administrasi, pegawai pemerintahan dan lainnya disebut dengan istilah white collar (kerah putih). Mereka biasanya termasuk golongan yang berasal dari bangsawan dan bekerja di kantor.
Terdpat beberapa sudut pandang untuk dapat mengklasifikasikan buruh. Namun secara umum, buruh bisa diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu keahlian dan statusnya, apakah tetap ataupun tidak tetap.
1. Buruh Berdasarkan Keahlian
Mengutip dari laman ekrut.com, berdasarkan keahliannya, buruh dibagi menjadi dua jenis, yaitu buruh terampil dan buruh kasar. Berikut adalah penjelasan secara rinci terkait klasifikasi buruh jika dilihat dari keahlian yang dimilikinya.
• Buruh Terampil
Istilah buruh terampil sering juga disebut sebagai pekerja profesional. Istilah kata tersebut merujuk pada seorang tenaga kerja terdidik, yang bekerja dengan standar atau kualifikasi pendidikan tertentu. Selain itu di dalam beberapa bidang juga diharuskan mempunyai lisensi.
Buruh profesional disebut juga dengan white collar worker artinya pekerja kerah putih. Biasanya, buruh profesional akan bekerja di kantor dengan memakai pakaian yang formal. Entah itu mengenakan pakaian putih, batik, jas, kemeja, celana panjang, dasi ataupun lainnya.
Baca Juga: Gelar Aksi May Day Nanti, 50 Ribu Buruh Bakal Kepung Gedung MK dan Istana Negara
Buruh yang satu ini, biasanya akan bekerja di bagian adminitrasi, manajemen, koordinasi penjualan maupun bagian lainnya. Biasanya, gaji buruh tenaga profesional akan diberikan secara rutin dan tepat waktu.