"Iki loh Pambudi," ujar paman Heksa.
"Pambudi sopo?" tanya kakak kandungnya.
Lagi-lagi tangis pecah saat momen haru itu. Pelukan demi pelukan melayang ke arah Heksa yang sudah delapan hari luntang-lantung di atas kapal dalam perjalanan menuju Surabaya.
"Loh kok bisa pulang?".
"Iya aku naik perahu".
Beberapa hari kemudian, tante Heksa berkirim surat kepada keluarga yang ada di Savana Jaya. Mengabarkan bila Heksa mendarat di Surabaya dengan keadaan sehat.
Pada 1981, seseorang pria kenalan Heksa menawarkan untuk bekerja membantu Pramoedya Ananta Toer menerbitkan buku berjudul Bumi Manusia.
Perkenalan Heksa dengan Pram, sejatinya sudah terjadi sejak di Pulau Buru. Pram dan beberapa orang yang ditahan di pusat komando kerap berkunjung ke rumah Heksa. Heksa mulai menguping tentang pembicaraan politik di ruang tamunya.
"Wah Pamudi besok ini orang pemberani," ujar Pram sambil menyalami tangan Heksa.
Baca Juga: Denny Siregar Singgung Soal Upaya Mengkaburkan Jejak Rezim Orde Baru: Target Mereka Pemilih Muda
Selama bekerja dengan Pram, Heksa mengenal Pram sebagai seorang pemimpin yang tegas.