Jepang Nan Jauh di Mata, Pulau Buru Terkenang Sepanjang Hayat

Senin, 08 Mei 2023 | 20:01 WIB
Jepang Nan Jauh di Mata, Pulau Buru Terkenang Sepanjang Hayat
Panti Jompo Waluya, rumah penampungan lansia eks tahanan politik orde baru di Jalan Kramat V, Senen, Jakarta Pusat.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Iki loh Pambudi," ujar paman Heksa.

"Pambudi sopo?" tanya kakak kandungnya.

Lagi-lagi tangis pecah saat momen haru itu. Pelukan demi pelukan melayang ke arah Heksa yang sudah delapan hari luntang-lantung di atas kapal dalam perjalanan menuju Surabaya.

"Loh kok bisa pulang?".

"Iya aku naik perahu".

Beberapa hari kemudian, tante Heksa berkirim surat kepada keluarga yang ada di Savana Jaya. Mengabarkan bila Heksa mendarat di Surabaya dengan keadaan sehat.

Pada 1981, seseorang pria kenalan Heksa menawarkan untuk bekerja membantu Pramoedya Ananta Toer menerbitkan buku berjudul Bumi Manusia.

Perkenalan Heksa dengan Pram, sejatinya sudah terjadi sejak di Pulau Buru. Pram dan beberapa orang yang ditahan di pusat komando kerap berkunjung ke rumah Heksa. Heksa mulai menguping tentang pembicaraan politik di ruang tamunya.

"Wah Pamudi besok ini orang pemberani," ujar Pram sambil menyalami tangan Heksa.

Baca Juga: Denny Siregar Singgung Soal Upaya Mengkaburkan Jejak Rezim Orde Baru: Target Mereka Pemilih Muda

Selama bekerja dengan Pram, Heksa mengenal Pram sebagai seorang pemimpin yang tegas.

"Kita tidak boleh berbicara katanya atau andai-andai. Kalau tidak tahu ya sudah tidak tahu," kata Heksa.

Setahun bekerja dengan Pram, Heksa memilih kuliah di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surabaya. Semester tiga dia mendapat tawaran beasiswa Supersemar dari pemerintah hingga lulus dari jurusan sejarah.

Heksa kemudian melanjutkan nasib di Jakarta pada 1990. Di masa tuanya, Heksa hanya menekuni pekerjaan ringan seperti menjaga kompleks rumah anaknya di Bekasi.

Pada 2001, para eks tahanan politik mulai berkumpul di Jakarta. Heksa mengatakan almarhum suami Megawati Soekarnoputri, Taufiq Kiemas ingin menyediakan tempat bagi mereka.

Sebuah rumah di Jalan Kramat V yang dulu sempat menjadi kantor pusat Gerwani dibeli oleh Taufiq Kiemas dari seseorang pria asal Manado. Sejak saat itu, rumah tersebut dijadikan tempat bernaung bagi para mantan tahanan politik orde baru.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI