Jejak Penyadapan Software Israel di Indonesia Menyasar Oposisi

Tim Liputan Khusus Suara.Com
Selasa, 13 Juni 2023 | 12:18 WIB
Jejak Penyadapan Software Israel di Indonesia Menyasar Oposisi
Ilustrasi alat mata-mata Israel di Indonesia. [Suara.com/Emma]

Suara.com - Sejumlah jurnalis, akademisi hingga aktivis yang dianggap kontra dengan pemerintah pernah merasakan serangan spyware. Praktik 'pembungkaman' melalui teror digital itu sudah berjalan sejak 2019 silam.

RABU petang, 23 Februari 2022, gawai Sasmito Madrim tiba-tiba menyala sendiri tanpa diaktifkannya. Dari layar ponsel terbaca notifikasi yang menginformasikan akun WhatsApp-nya sudah keluar alias logout.

Selintas terpikir dalam benak Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia itu, jika akun WhatsApp yang digunakannya hanya terputus sementara. Namun keanehan mulai dirasakan, saat akan memasukan nomor verifikasi yang digunakan ke dalam akun percakapan tersebut malah ditolak.

Deretan nomor verfikasi yang didapatnya melalui SMS untuk mengaktifkan kembali akun WhatsAppnya malah tak bisa digunakan. Sejak saat itu, akun WhatsApp Sasmito sudah beralih ke pihak lain yang tidak diketahui siapa pengendalinya.

Tak hanya WhatsApp, akun media sosial lain miliknya juga terambil alih tanpa diketahuinya. Bahkan, dari akun Instagramnya tiba-tiba muncul foto Nikita Mirzani serta unggahan foto yang berisi pesan, jika dirinya mendukung Papua Merdeka.

"Jadi akun WhatsApp, Facebook dan Instagram saya tidak bisa diapa-apakan lagi ketika itu," kata Sasmito saat ditemui di kantor AJI Indonesia, pada pertengahan Maret 2023.

Sasmito menduga serangan digital yang dialaminya terjadi setelah menjadi narasumber dalam diskusi jurnalis dan media di Papua. Beberapa hari pulang dari Papua, akun sosial media dan Whatsapp-nya raib.

"Saya menduga serangan digital ini masih ada kaitannya dengan isu Papua," kata jurnalis VOA ini.

Penasaran dengan apa yang dialaminya, Sasmito pun membawa perangkat seluler jenis Android miliknya ke tim Forensic Trace Lab. Dari hasil pindaian sementara, tidak ditemukan adanya tanda-tanda malware ada di dalam gawainya.

Baca Juga: Melacak Jejak Bawah Tangan Pegasus 'Senjata Pembungkam Massa' di Indonesia

Masih ragu dengan hasil tersebut, ia kemudian meminta bantuan peneliti yang juga ahli forensik di Belanda untuk melakukan digital forensik di ponselnya. Hasilnya, perangkat milik Sasmito mendapat serangan digital.

Ahli forensik itu menyebut serangan itu didapat dari perangkat Circles, salah satu piranti yang diproduksi NSO Group, perusahaan yang berfokus pada alat spyware berbahaya seperti Pegasus dan berkedudukan di Israel.

Kesimpulan sementara itu, terbaca dari tanda dan gejala yang dialami Sasmito saat menggunakan gawainya, yakni tiba-tiba nyala sendiri meski dalam keadaan nonaktif, akun Whatsapp diambil alih tanpa pemberitahuan, hingga penguasaan akun media sosial oleh pihak lain.

"Itu mengarah seperti Circles," kata ahli digital forensik yang tak mau disebutkan namanya kepada tim IndonesiaLeaks.

Tak hanya Sasmito, kejadian serupa juga dirasakan sejumlah tokoh 'oposisi' seperti mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busryo Muqodas.

Kepada IndonesiaLeaks beberapa waktu lalu, Busyro mengungkapkan, jika chat WhatsApp-nya mengalami pelambatan kirim pesan dan menelepon, bahkan saat telepon ada jeda waktu terdengar.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI