Ironi PLTU Co-Firing, Petaka Masyarakat Pelabuhan Ratu

Erick Tanjung Suara.Com
Selasa, 12 September 2023 | 12:26 WIB
Ironi PLTU Co-Firing, Petaka Masyarakat Pelabuhan Ratu
Aktivitas bongkar batu bara untuk PLTU Pelabuhan Ratu (30/4/2023). [Foto Somad]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Tanaman yang dikelola warga, kata Fazri seperti padi, jagung, ubi, tanaman langka hanjeli, , kacang-kacangan. ”Kalau semua ditanami kaliandra potensi air berpengaruh di sini juga ada kajian geopark. Kalau lebih dari yang ditentukan menanam akan berpengaruh pada ekologi dan ekosistem. Kami pertimbangkan dan menolak,” ujarnya.

Menurut Fazri, hutan alam sekunder, hutan lindung sungai yang berada di dekat penanaman kaliandra sebenarnya tak boleh dijadikan lahan kaliandra maupun biomassa. Sebabnya itu merupakan resapan air untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat Jampang Kulon, Waluran, sampai Kalibunder. Ketika seluruhnya ditanam, Fazri khawatir Sukabumi akan krisis air dan pangan. Masyarakat, menurut Fazri akan kesulitan memperoleh pangan jangung, hanjeli, kacang, bahkan padi. ”Kalau bersamaan panen pasti akan berdampak, sumber mata air. Jika lahan lain gundul,” katanya.

Badan Pusat Statistik mencatat tanaman kacang-kacangan, seperti kacang panjang dan kacang merah terus alami penurunan sepanjang 2018-2020. Pada 2018 kacang panjang jumlah yang berhasil dipanen mencapai 145753 ton, pada 2019 (114518 ton), dan 2020 naik sedikit menjadi 123271 ton. Sementara kacang merah, pada 2018 menunjukkan panen mencapai 16801 ton, pada 2019 turun menjadi 133001 ton, dan pada 2020 turun merosot menjadi 1299 ton.

Produktifiras panen padi juga tercatat fluktuatif. Pada 2018 jumlah yang berhasil dipanen mencapai 50,51 kuintal per hektar. Sementara pada 2019 meningkat menjadi 61,07 kuintal hektar per hektar, dan 2020 turun menjadi 51,2 kuintal per hektar.  Kendari produktivitasnya naik turun. Ternyata luasan lahan padi menyusut drastis.Pada 2018 jumlah lahan mencapai 1.388.450 hektar, pada 2019 menjadi 1.356.000 hektar, dan pada 2020 susut menjadi 141.814 hektar saja.

Dari pendataan yang dilakukan oleh LMDH Waluran, terdapat beberapa titik di wilayah kehutanan pelindung sungai yang baru teridentifikasi, seperti Sungai Ciliwung Gunung, Sungai Ciletuh yang mengarah ke geopark, Sungai Bojong Pari, Sungai Cibinong, Sungai Waluran. ”Kesemua itu sungai besar,” kata Fazri.

Masalah lainnya, panen bersamaan hutan kaliandra akan memperburuk kondisi hutan Sukabumi. Sebabnya, tidak sedikit kawasan hutan sukabumi gundul akibat penebangan kayu ilegal, penambangan emas. Emisi karbon yang dikeluarkan di hutan Sukabumi, kata Fazri tak terhindarkan. ”Dari itu kami berupaya untuk menanami kembali lahan gundul agar ekologi dan kanopi hutan terbentuk,” katanya.

Tumpahan batu bara PLTU Pelabuhan Ratu di Pantai Batu Bintang, Sukabumi (30/4/2023). [Foto: Somad]
Tumpahan batu bara PLTU Pelabuhan Ratu di Pantai Batu Bintang, Sukabumi (30/4/2023). [Foto: Somad]

Bagi masyarakat Waluran. Dibandingkan menanam kaliandra untuk penanaman biomassa, Fazri mengaku warganya lebih membutuhkan tanaman berbuah. LMDH berharap Perhutani dapat memberikan lahannya untuk tanaman berbuah. Dari itu, kondisi masyarakat di area hutan dapat memanfaatkan lahan perhutani untuk pemberdayaan sosial. ” Ketika penanaman biomassa tidak rasional akan membunuh wilayah kehutanan, kami melakukan penolakan. Sebab hutan kami harus lestari, hutan ini harapan jutaan jiwa,” ungkap Fazri.

Hasil riset yang dirilis Trend Asia terkait PLTU Co-firing menunjukkan pemanfaatan kaliandra sebagai bahan bakar co-firing pada PLTU dengan kadar 10 persen di 107 unit termasuk PLTU Pelabuhan Ratu berpotensi menghasilkan setidaknya 13,22 juta ton karbon dioksida per tahun.

Sementara ketika menggunakan pelet kayu dari pohon gamal, maka dapat menghasilkan emisi total sebesar 26,68 juta ton karbondioksida, dan eukaliptus sebesar 12 juta ton karbon dioksida.

Baca Juga: Miris! Pria Pengangguran Bacok Ayah Kandung Gegara Kesal Sering Dinasihati Untuk Cari Pekerjaan

Dalam perhitungan yang dilakukan Trend Asia ketika pemanfaatan kayu akasia sebesar 2.758.799 hektar untuk pemanfaatan biomassa maka ada potensi deforestasinya mencapai 1 juta hektar. Begitu juga dengan kayu kaliandra dengan luasan yang sama berpotensi menghasilkan deforestasi seluas 755 ribu hektar, gamal 2 juta hektar, dan eukaliptus 1 juta hektar

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI