Sujud klaim bahwa Soeharto memiliki ilmu kanuragan. Cerita Sujud kemudian dikaitkan dengan Serangan Umum 1 Maret 1949. Terkait peran Soeharto di peristiwa sejarah ini juga terjadi pro dan kontra di kalangan sejahrawan.
"Peluru Belanda berseliweran di sekitarnya, tapi tak satupun yang mampu menembus kulitnya," kata Sujud seperti dinarasikan oleh pembuat video akun Youtube Indonesia Insider.
Cerita yang disampaikan oleh Sujud ini kemudian diamini oleh anak buah Soeharto lainnya bernama Soerjono. Di buku berjudul Pak Harto: The Untold Stories karya Mahpudi, Soerjono mengatakan bahwa Soeharto punya mental baja dan selalu berada di barisan depan medan pertempuran.
"Saya sering diminta menempatkan posisi diri di belakang beliau. Percaya atau tidak, Pak Harto seperti tidak mempan ditembak," katanya.
Sementara di buku Dunia Spiritual Soeharto: Menelusuri Laku Ritual, Tempat-Tempat dan Guru Spiritualnya karya Arwan Tuti Artha disebutkan Soeharto melaksanakan upacara-upacara kejawen, tapi juga dalam menjalankan roda pemerintahan yang dipimpinnya selama tiga dekade.
Dari sumber yang ada di buku itu, terungkap beberapa tempat yang sering dikunjungi Soeharto guna mencari berkah, di antaranya padepokan Langlang Buana di Desa Srandil Cilacap, makam pangeran Purbaya di Desa Maguwoharjo Sleman Yogyakarta.
Lalu ada Watu Gilang (tempat bersemedi Panembahan Senopati), juga di Tugu Soeharto yang terletak di sungai Kaligarang Semarang di mana Soeharto sering kungkum untuk mencari wangsit.
Majalah Tempo dalam edisi khusus 10 Februari 2008 sempat mengulas soal sisi mistis Soeharto dalam artikel berjudul 'Soedjono dan 'Orde Dhawuh'.
Di artikel itu, Soeharto disebut menghapus posisi staf pribadi usai kerusuhan anti-Jepang, Malapetaka 15 Januari (Malari).
Baca Juga: Dear Pak Jokowi, Begini Pesan Ernest Jika Soeharto Dijadikan Pahlawan Nasional
"Soedjono tidak memiliki jabatan penting," tulis Majalah Tempo. "Tapi banyak yang menyebut, pada saat itulah Soedjono aktif mendukung Soeharto secara spiritual."