Efektivitas program SPHP dalam meredam laju inflasi membuat program ini kembali dilanjutkan pada tahun 2024. Target penyaluran beras SPHP tahun 2024 ditambah menjadi 1.200.000.000 kilogram beras atau 1,2 juta ton beras. Merujuk pada data penyaluran beras SPHP terbaru dari Perum Bulog, total penyaluran beras SPHP per 10 Oktober 2024 telah mencapai 1.171.173.731 kilogram beras atau 1,17 juta ton beras. Wilayah terbanyak dalam menyalurkan beras SPHP adalah DKI Jakarta dan Banten mencapai 288.097.360 kilogram beras dari target 260.000.000 kilogram beras. Selain itu, wilayah Jawa Timur juga menjadi wilayah dengan angka realisasi penyaluran beras SPHP tertinggi berikutnya, yakni mencapai 112.255.759 kilogram beras dari target 105.000.000 kilogram beras.

Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita menjelaskan, beras SPHP diambil dari Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang bersumber dari penyerapan beras petani dalam negeri dan juga beras impor. Meskipun harga beras di pasaran mengalami kenaikan, beras SPHP akan tetap stabil dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp12.500 per kilogram. Hal ini dikarenakan beras SPHP mendapatkan subsidi dari pemerintah sehingga dalam proses pembelian hingga penjualan untuk end user harus memenuhi aturan yang telah ditetapkan.
"Poin pertama, kita harus menyerap dalam negeri dulu, pasti. Sampai September 2024 kurang lebih sudah 1 juta ton gabah petani lokal yang sudah diserap oleh Bulog," ujar Febby dalam wawancara ekslusif bersama para jurnalis penerima Fellowship Bulog di Bali, Kamis (19/9/2024).
Berdasarkan aturan yang ada, harga beli di penggilingan petani lokal dengan spesifikasi derajat sosoh minimal 95 persen, kadar air maksimal 14 persen dan butir patah maksimal 20 persen untuk CBP tidak boleh lebih dari Rp11.000 per kilogram. Namun, apabila beras penggilingan dibandrol lebih dari Rp11.000, maka beras yang dibeli Bulog tersebut akan diperuntukkan sebagai beras komersial, tidak bisa masuk sebagai beras CBP. Nantinya beras tersebut akan diolah menjadi beras komersial kualitas premium yang dipasarkan dengan berbagai merek seperti Beras KITA, beras Fortivit, beras Punokawan, beras Nanas Madu dan beras olahan dari singkong atau beras Besita.
Saat panen raya tiba, Bulog biasanya bisa mendapatkan beras petani lokal sesuai spesifikasi yang dibutuhkan dengan harga di bawah Rp11.000. Namun, di luar musim panen raya cukup sulit mendapatkan harga beras yang cocok sesuai dengan spesifikasi tersebut. Untuk menyiasatinya maka dilakukan impor beras untuk memastikan stok CBP tetap aman.
"SPHP harus dijual Rp11.000, itu harga di pintu gudang sesuai aturan. Bayangkan kalau beli Rp11.000 harus jual Rp11.000. Padahal ada biaya produksi lagi ya, pengemasan, distribusi ngangkut dari sana ke sini," jelasnya.

Transformasi Citra Beras Bulog
Wajah baru beras Bulog yang semakin berkualitas tidak terlepas dari proses transformasi yang dijalankan oleh Bulog beberapa tahun terakhir. Beras keluaran Bulog yang dahulu dikenal banyak kutu, kini berubah menjadi beras putih, bersih, dan bebas kutu. Terlebih beras SPHP memiliki tampilan kemasan premium dan bisa didapatkan di berbagai toko kelontong hingga ritel modern membuatnya semakin dikenal.
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Arwakhudin Widiarso mengatakan, transformasi Bulog dilakukan melalui perbaikan rantai pasok pangan dari hulu ke hilir. Bulog terus berbenah diri meningkatkan kualitas dimulai dari meningkatkan kualitas bahan baku melalui modernisasi infrastruktur dan teknologi.
Bulog telah mengembangkan infrastruktur penggilingan padi dan pengolahan beras menggunakan mesin modern bernama Modern Rice Milling Plant (MRMP) atau biasa disebut Sentra Penggilingan Padi (SPP). Teknologi ramah lingkungan ini dilengkapi dengan dryer untuk mengeringkan gabah berkapasitas 120 ton per hari dan unit penggilingan padi (RMU) untuk mengonversi gabah menjadi beras dengan kapasitas 6 ton per jam. Selain itu, SPP dilengkapi dengan mesin husker untuk membersihkan kulit gabah, destoner untuk membersihkan krikil, mist polisher untuk membersihkan dan memoles beras hingga color sorter untuk menyortir warna beras. Dengan teknologi terbaru ini, mutu beras yang diproduksi oleh Bulog meningkat.
Saat ini, Bulog telah memiliki 10 unit SPP yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia meliputi Subang, Sragen, Kendal, Karawang, Lampung, Bojonegoro, Magetan, Jember, Banyuwangi dan Sumbawa. Beras-beras yang diproduksi di SPP nantinya akan didistribusikan ke seluruh Indonesia.
![Pegawai Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) meninjau pembangunan infrastruktur tahap akhir Modern Rice Milling Plant (MRMP) atau penggilingan padi/gabah modern di Kendal, Jawa Tengah, Rabu (5/1/2022). [Suara.com/Angga Budhiyanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/01/05/98276-pembangunan-modern-rice-milling-plant-bulog-di-kendal.jpg)
Selain itu, Bulog juga mengembangkan Sentra Pengolahan Beras (SPB) atau disebut juga Rice to Rice (R to R). SPB adalah mesin pengolahan beras modern yang digunakan untuk mengolah ulang beras sesuai permintaan pasar. Dengan menggunakan teknologi ini, beras asalan akan diolah dan ditingkatkan kualitasnya menjadi beras premium sebelum didistribusikan. Sampai saat ini Bulog telah memiliki tujuh unit SPB yang tersebar di DKI Jakarta, Indramayu, Sukoharjo, Sidoarjo, Lombok Timur, Makassar dan Sidrap.
Bulog juga telah melakukan digitalisasi sistem gudang menggunakan Warehouse Management System (WMS), yakni perangkat lunak yang dikembangkan oleh Bulog untuk mengelola dan mengendalikan operasional gudang. WMS menciptakan efisiensi biaya dan mendukung efektivitas manajemen karena dapat membantu melakukan manajemen inventaris barang, pemenuhan pesanan hingga mengatur pergerakan barang di gudang. Merujuk pada data Bulog per 25 Juni 2024, saat ini sudah ada 31 gudang di beberapa kota besar di Indonesia yang mengunakan WMS. Seluruh modernisasi infrastuktur dan teknologi ditargetkan akan terealisasi 100 persen merata di seluruh sentra dan gudang Bulog di Indonesia pada tahun 2029.
"Teknologi ini (SPP, SPB dan WMS) sudah dibangun sejak tahun 2019-2020. Mulai efektif di tahun 2023 akhir dan tahun 2024 ini sudah berjalan secara optimal," ujar Widi.
Direktur Transformasi dan Hubungan Kelembagaan Perum Bulog, Sonya Mamoriska mengatakan untuk mendukung modernisasi indrastruktur dan teknologi yang telah dikembangkan, Bulog menerapkan standar mutu kualitas yang ketat dalam proses pengadaan, penyimpanan dan distribusi beras.
Selanjutnya, Bulog juga memperkuat kerja sama dengan dengan petani dan produsen lokal melalui program Mitra Tani. Hal ini bertujuan untuk memastikan pasokan bahan baku gabah atau beras yang berkualitas tinggi serta membantu meningkatkan kesejahteraan petani. Bulog juga memastikan distribusi tepat waktu dan merata ke seluruh Indonesia untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan beras berkualitas.