Masih Ada Dokter di Papua Alami Kekerasan, PB IDI Desak Pemerintah Beri Jaminan Keamanan

Senin, 11 November 2024 | 19:08 WIB
Masih Ada Dokter di Papua Alami Kekerasan, PB IDI Desak Pemerintah Beri Jaminan Keamanan
Ketua Umum PB IDI Adib Khumaidi di Kantor Suara.com, kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (21/12/2022). [Suara.com/Alfian Winanto].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mendesak pemerintah punya perhatian khusus terhadap keselamatan tenaga kesehatan yang bertugas di wilayah Papua. Desakan itu disampaikan seiring masih adanya tindak kekerasan terhadap dokter di Papua.

Terbaru, seorang dokter bernama Yordan Sumomba yang bertugas di RSUD Lukas Enembe, Kabupaten Mamberamo Tengah, Papua Pegunungan, mengalami kekerasan dari seseorang yang mengaku pejabat daerah setempat.

PB IDI berharap kejadian penganiayaan yang dialami oleh dr Yordan ini menjadi kasus terakhir yang diharapkan tidak terulang lagi.

Ketua Umum PB IDI Adib Khumaidi menekankan perlu adanya jaminan keamanan, keselamatan, dan kesehatan para dokter yang mengabdi di wilayah Papua.

Baca Juga: Tolak Pembangunan Kodim di Intan Jaya, Ini Pernyataan Sikap IPMMO Se-Jawa Bali

“Permasalahan di wilayah Papua bukan hanya geografis saja, tetapi juga ada masalah keamanan, kesenjangan ekonomi, dan juga ada permasalahan yang berkaitan dengan kekurangan obat, alat kesehatan, infrastruktur yang memerlukan upaya kolaborasi dan sinergi bersama," ujar Adib melalui keterangan tertulisnya, Senin (11/11/2024).

Disampaikan oleh Ketua IDI Cabang Jayawijaya, Dr Lorina, saat ini dokter Yordan termasuk salah satu dokter kontrak yang sedang mengabdikan diri secara penuh untuk wilayah Papua. Lorina berharap kasus kekerasan terhadap para dokter di wilayah Papua menjadi perhatian khusus pemerintah sehingga lebih banyak dokter yang mau mengabdikan diri di Papua.

Diungkap olehnya bahwa para dokter umum dan spesialis di wilayah Papua seringkali mengalami situasi konflik yang mengakibatkan kekerasan fisik dan verbal.

“Jumlah dokter umum dan spesialis yang mau bertugas di wilayah Papua dan Papua Pegunungan semakin sedikit dari tahun ke tahun karena konflik dan tidak adanya jaminan keamanan dan keselamatan ini. Apalagi insentif yang diterima tidak sebanding dengan tingginya biaya hidup di Papua terutama di wilayah Pegunungan,” ujarnya.

Sebelumnya dilaporkan kalau dokter Yordan alami tindak kekerasan pada Selasa, 5 November 2024, sekitar pukul 13.35 WIT. Pelaku mengaku sebagai pejabat Asisten 3 tapi tidak menyebutkan instansi tempatnya bekerja.

Baca Juga: Debat Kedua Pilgub Papua Tengah, Meki Nawipa Komitmen Pemberdayaan OAP dan Pemerataan Pembangunan

Pelaku dilaporkan masuk ke ruangan apotek RSUD Lukas Enembe dengan keadaan marah dan berteriak untuk meminta obat.

"We kam Kasi sa obat paracetamol ka kalian tidak tau kah saya ini siapa? Saya ini Asisten 3," ujar pelaku.

Kemudian dia masuk ke ruangan dokter Yordan, lalu mengambil kursi dan melemparkan ke arah korban. Sempat tidak mengenai korban, kemudian pelaku mengambil kayu balok 5x5 dan memukul kearah muka dan punggung korban.

Sempat ada pasien yang sedang berobat langsung melerai pelaku. Namun pasien juga dipukul oleh pelaku. Setelah itu pelaku keluar dan merusak pembatas ruangan yang terbuat dari kayu. Tak cukup hanya itu, pelaku juga mengambil batu untuk dilemparkan ke arah kaca jendela RSUD Lukas Enembe. Setelah itu, baru pelaku keluar dari rumah sakit dan pergi.

Akibat dari kejadian tersebut korban mengalami luka patah tulang di bagian pipi kanan, hidung, dan sejumlah bagian wajah, serta luka memar parah di punggung. Korban pun sampai harus dievakuasi dan dirawat di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI