Suara.com - Mata uang kripto mengalami gejolak yang signifikan di Asia menjelang awal pekan ini, di tengah kekhawatiran yang meningkat terhadap kebijakan perdagangan Amerika Serikat.
Bitcoin, salah satu mata uang digital utama, mengalami penurunan sekitar 7 persen dari Minggu malam hingga Senin pagi di Singapura, mencapai titik terendah di angka $77.077 atau sekitar Rp1,23 miliar.
Sementara itu, Ether, token peringkat kedua, juga merosot tajam ke $1.538 atau sekitar Rp24,6 juta, mencatat level intraday terendah sejak Oktober 2023. Namun, kedua mata uang digital tersebut berhasil sedikit memangkas kerugian mereka seiring waktu.
Penurunan ini terjadi seiring dengan pemberlakuan tarif besar-besaran oleh Presiden AS Donald Trump, yang telah menggerus triliunan nilai pasar ekuitas Amerika Serikat.

Dampaknya terasa luas di seluruh pasar keuangan global, dengan indeks saham berjangka AS mengalami penurunan dan yen Jepang melonjak tajam.
Charlie Sherry, kepala keuangan dan analis kripto di BTC Markets, menyatakan bahwa pasar kripto memasuki fase panik saat para investor terbangun dalam "mode jual" penuh pada hari Minggu. Hal ini menjadi konsekuensi dari sifat pasar kripto yang beroperasi 24 jam sehari, 7 hari seminggu tanpa henti.
Data dari Coinglass menunjukkan bahwa sekitar $758 juta atau sekitar Rp12,1 triliun posisi bullish pada aset kripto telah dilikuidasi hanya dalam 24 jam terakhir — angka terbesar dalam hampir enam minggu.
Para ahli di pasar derivatif memperkirakan tekanan jual masih bisa berlanjut. Permintaan terhadap opsi jual (put option) terus meningkat, menandakan kekhawatiran investor terhadap penurunan lebih lanjut.
Sean McNulty dari FalconX menyebut bahwa level dukungan penting untuk Bitcoin dan Ether berada di $75.000 (Rp1,2 miliar) dan $1.500 (Rp24 juta) secara berurutan.
Baca Juga: Lindungi Aset Digital, Cloudflare Perkenalkan Firewall AI untuk Bisnis Modern
Data dari bursa derivatif Deribit juga menunjukkan open interest terbesar saat ini ada pada opsi jual dengan harga kesepakatan $70.000, menandakan meningkatnya permintaan perlindungan terhadap penurunan harga yang lebih tajam.
Julia Zhou, COO dari Caladan, perusahaan pembuat pasar kripto, menyebutkan bahwa aset digital kerap menjadi indikator utama untuk aset berisiko.
Ia memperingatkan bahwa jika pasar ekuitas AS dibuka negatif, bisa jadi akan terjadi koreksi lebih dalam di sektor kripto. Zhou juga menyoroti korelasi tinggi antara kripto dan indeks Nasdaq 100 yang telah terbentuk sejak era pandemi.
Sebelumnya, tekanan di pasar kripto kian dalam setelah Presiden Trump mengumumkan kebijakan tarif baru terhadap mitra dagang utama AS.
Tarif minimum 10 persen akan dikenakan pada semua negara pengekspor ke Amerika, sementara Tiongkok dikenakan tarif 34 persen, Uni Eropa 20 persen, dan Jepang 24 persen.
John Wu, Presiden Ava Labs, menegaskan bahwa kripto selalu sensitif terhadap ketidakpastian kebijakan.