Titiek Soeharto: Ada Wacana Perum Bulog akan di Bawah Presiden Langsung

Selasa, 06 Mei 2025 | 19:10 WIB
Titiek Soeharto: Ada Wacana Perum Bulog akan di Bawah Presiden Langsung
Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto. (Suara.com/Bagaskara)

Suara.com - Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Haryadi atau Titiek Soeharto mengungkapkan jika ada wacana Perum Bulog nanti akan berada di bawah Presiden langsung. Wacana tersebut akan diatur dalam Revisi UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

Hal itu disampaikan Titiek Soeharto usai pihaknya menggelar rapat dengar pendapat (RDP) tertutup membahas Revisi UU Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan bersama perwakilan Kementerian, Badan Pangan Nasional, hingga Dirut Perum Bulog di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (6/5/2025).

"Fokusnya transformasi Bulog ya, untuk ke depannya, jadi perubahan rancangan undang-undang pangan ini intinya ya, transformasi Bulog. Bulog mau di kemanain gitu kelembagaannya," kata Titiek.

Ia mengatakan, kemungkinan besar Bulog nanti akan berada langsung di bawah Presiden.

"Insyallah, iya pokoknya kita cari yang terbaik dimana dulu aja Bulog bisa berfungsi bisa bikin kita swasembada, kenapa sekarang mesti terlalu banyak lembaga-lembaga macam-macam," ujarnya.

Saat disinggung apakah Bulog akan dijadikan seperti era Presiden kedua RI Soeharto, Titiek hanya menjawab secara diplomatis.

"Ya kalau bagus, kenapa kita nggak ikutin gitu loh," ujarnya.

"Kalau bicara dengan teman-teman sih arahnya ke situ, ke yang lebih baik lah gitu," sambungnya.

Kendati begitu, ia menegaskan, jika pihaknya juga menerima usulan lain untuk dibahas di RUU Pangan.

Baca Juga: Stok Bulog Selama 4 Bulan Capai 3,5 Juta Ton Terbesar Sejak Merdeka

"Jadi UU-nya harus ditata lagi, tadi banyak usulan-usulan misalnya juga mengenai waste, terbuangnya food waste itu ya. Itu juga tuh, kan nggak diatur, ini harus diatur gitu bagaimana mengenai food waste ini karena terlalu banyak bisa triliunan per tahun yang terbuang karena si food waste itu," pungkasnya.

Stok Beras 3,51 Juta Ton Tertinggi Dalam 57 Tahun

Pekerja mengangkut beras saat proses penyaluran beras ke pasar-pasar di Gudang Perum BULOG Sub Divre Serang, Banten, Senin (5/4/2021).  ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
Pekerja mengangkut beras saat proses penyaluran beras ke pasar-pasar di Gudang Perum BULOG Sub Divre Serang, Banten, Senin (5/4/2021). ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan, stok beras nasional saat ini mencapai 3.517.294 ton, tertinggi sejak 57 tahun terakhir, dan sepenuhnya berasal dari produksi dalam negeri tanpa adanya impor per awal Mei 2025.

"Stok beras tertinggi selama 57 tahun, seumur dengan saya. Ini kita bisa lihat sejak berdiri Bulog 1969 menurut informasi saya terima. Tapi yang terpenting datanya sejak 1969 sampai hari ini 2025 itu tertinggi dalam sejarah (stok beras nasional) 3,5 juta ton," kata Mentan dalam jumpa pers produksi beras nasional di Jakarta, Senin (5/5/2025).

Mentan menjelaskan bahwa cadangan beras saat ini lebih tinggi dibanding masa swasembada pangan 1984, saat penduduk hanya 100 juta lebih, sementara kini jumlah penduduk Indonesia mencapai 280 juta jiwa. Kala itu, pada Mei 1984 jumlah stok beras mencapai 2.402.899 ton.

Sementara itu, bila dibandingkan periode yang sama pada Mei 2024, jumlah stok beras secara nasional hanya mencapai 1.467.626 ton.

Mentan juga menyatakan, produksi nasional meningkat tajam berkat intensifikasi lahan, pompanisasi di Pulau Jawa, dan rehabilitasi irigasi di luar Jawa yang didukung langsung oleh Presiden Prabowo Subianto.

Menurut dia, serapan gabah di tingkat petani secara harian terus berjalan maksimal di angka 50 ribu ton per hari.

Lebih lanjut, dia menyatakan optimistis stok beras nasional dapat mencapai 4 juta ton dalam waktu 15 hingga 20 hari mendatang.

Mentan menegaskan, seluruh capaian itu merupakan hasil kerja keras pemerintah, kementerian teknis, dan dukungan masyarakat luas, serta menjadi bukti bahwa pertanian adalah fondasi utama kedaulatan pangan nasional.

Selain itu, ia juga mengimbau agar penyerapan gabah petani tetap memperhatikan kualitas.

"Harus jaga kualitas, pengadaan tetap jalan. Tapi jangan karena yang rusak, katakanlah 1 ton, 2 ton, ini yang mengganggu proses pengadaan beras. Itu enggak boleh. Tapi kami tekankan, perhatikan kualitas. Itu mutlak," kata Mentan.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI