Transformasi Haji: Skema Syarikah Diterapkan Penuh di Mekkah, Layanan Lebih Optimal?

Chandra Iswinarno Suara.Com
Senin, 12 Mei 2025 | 16:42 WIB
Transformasi Haji: Skema Syarikah Diterapkan Penuh di Mekkah, Layanan Lebih Optimal?
Ketua PPIH Arab Saudi Muchlis Hanafi saat rapat koordinasi persiapan kedatangan jemaah haji di Mekkah, Arab Saudi. [Kemenag]

Suara.com - Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) menerapkan skema berbasis syarikah secara menyeluruh di Mekkah, Arab Saudi.

Langkah tersebut diambil sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas pelayanan.

"Perubahan sistem ini bertujuan untuk memastikan setiap jemaah haji Indonesia mendapatkan layanan yang lebih terstruktur, profesional, dan optimal," tutur Ketua PPIH Arab Saudi Muchlis Hanafi di Mekkah, baru-baru ini.

Kloter campuran, yang terjadi akibat keterlambatan visa, perubahan manifes, dan sinkronisasi data, membuat satu kloter terdiri atas jemaah dari lebih dari satu syarikah.

Meskipun demikian, PPIH memastikan bahwa jemaah tetap mendapatkan hak layanannya secara penuh.

“Penempatan hotel di Madinah tetap mengacu pada susunan kloter demi kenyamanan jemaah, meski ini menjadi tantangan bagi syarikah dalam pemberian layanan,” ujarnya.

Sementara untuk penempatan hotel di Makkah tetap berdasarkan syarikah. Ini juga berlaku dalam layanan puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna).

Hingga hari ke-10 operasional, layanan dasar seperti akomodasi, konsumsi, transportasi, bimbingan ibadah, dan distribusi kartu Nusuk tetap berjalan lancar.

Secara bertahap, jemaah memperoleh kartu tersebut.

Baca Juga: Suhu Madinah Capai 45 Derajat di Siang Hari, Kemenkes Bagikan Oralit dan Masker ke Jemaah Haji RI

Diketahui bahwa sejak 2022, Arab Saudi menetapkan kebijakan transformasi layanan haji dari berbasis wilayah ke berbasis perusahaan penyedia layanan atau syarikah.

Sistem ini memudahkan pengendalian, memperjelas koordinasi, dan mempercepat respons terhadap kebutuhan jemaah di lapangan.

“Dengan skema ini, kami memastikan layanan di Arafah, Muzdalifah, dan Mina lebih terorganisir, mulai dari transportasi hingga akomodasi,” kata Muchlis.

Indonesia menyambut kebijakan ini dengan melakukan penyesuaian bertahap yang tetap memprioritaskan kenyamanan dan perlindungan jemaah.

Muchlis menegaskan, meskipun di Makkah jemaah dikelompokkan berdasarkan syarikah, skema kepulangan tetap menggunakan format kloter seperti saat keberangkatan.

Hal ini penting untuk menjaga integrasi data, serta kenyamanan sosial jemaah.

Bus Shalawat

Sementara itu, Bus Shalawat untuk antar jemaah dari hotel ke Masjidil Haram telah siap digunakan.

Bus Shalawat menjadi salah satu layanan transportasi yang disiapkan PPIH bagi jemaah haji selama di Mekkah.

Trasnportasi tersebut akan mengantar jemaah dari hotel ke Masjidil Haram, pergi dan pulang dan beroperasi selama 24 jam.

"Di Mekkah, kita siapkan Bus Shalawat yang akan beroperasi 24 jam untuk mengantar Kemenag dari hotel ke Masjidil Haram," kata Muchlis.

"Kita siapkan layanan inklusi, dengan hadirkan bus Shalawat yang ramah dengan jemaah lansia dan berkebutuhan khusus," sambungnya.

Menurutnya, ada 32 bus shalawat dengan spesifikasi ramah bagi pengguna kursi roda, penyandang disabilitas, dan jemaah berkebutuhan khusus lainnya.

Muchlis mengemukakan bahwa bus didesain khusus dengan low deck yang bisa dilewati kursi roda.

Jemaah Haji Indonesia saat akan menaiki bus salawat yang akan mengantar mereka ke Masjidil Haram menuju penginapan dan sebaliknya. [Kemenag]
Jemaah Haji Indonesia saat akan menaiki bus salawat yang akan mengantar mereka ke Masjidil Haram menuju penginapan dan sebaliknya. [Kemenag]

Kemudian pada bagian dalam juga disiapkan ruang khusus untuk menyimpan kursi roda.

"Seluruh armada telah dipasang GPS dan CCTV yang dapat diakses oleh petugas," sebut Muchlis.

Jemaah haji Indonesia yang tinggal di wilayah Syisah dan Raudhah, akan menggunakan Terminal Syib Amir.

Kemudian untuk jemaah yang tinggal di wilayah Jarwal, akan menggunakan terminal Jabal Kakbah.

Sedangkan untuk jemaah yang tinggal di wilayah Misfalah, mereka akan menggunakan Terminal Ajyad.

Tahun ini, PPIH bekerja sama dengan lima perusahaan otobus dalam penyiapan layanan bus Shalawat.

Lima perusahaan itu adalah Abu Sarhad, Dallah, Durrat Al Munawwara, Mawakeb Al Khair, dan Rawahel Al Mashaer.

Kepala Bidang Transportasi pada PPIH Arab Saudi, Mujib Roni mengingatkan kepada jemaah bahwa layanan tersebut sudah termasuk dalam unsur pembiayaan pada Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH).

Para supir sudah dibayar sehingga jemaah tidak perlu memberikan tips.

"Tidak ada uang tips, baksyis, apalagi pungutan liar," tegasnya.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI