“Kita minta audiensi, katanya sibuk. Kita kirim surat, tak digubris. Sementara masalah di desa terus bertambah,” kata Heri, Ketua RT setempat.
Warga merasa bahwa kepemimpinan di Desa Gunung Agung sudah tidak lagi berpihak kepada masyarakat.
Kekecewaan itu akhirnya meledak ketika sekelompok warga yang marah menyerang rumah lurah. Meski tidak ada korban jiwa dalam pembakaran tersebut, kerugian material cukup besar, dan suasana desa menjadi mencekam.

Aparat Turun Tangan, Lurah Mengungsi
Pihak kepolisian telah mengamankan lokasi dan menyelidiki pemicu kerusuhan. Lurah setempat dilaporkan telah mengungsi ke tempat aman, dan belum memberikan pernyataan resmi.
Kapolsek Terusan Nunyai, AKP Rino Saputra, menyebut situasi telah dikendalikan namun tetap mengimbau warga agar tidak mudah terprovokasi.
“Kami akan usut tuntas kasus ini. Siapa pun yang terbukti melanggar hukum akan ditindak,” tegasnya.
Akar persoalan awalnya diduga penyelewengan bantuan sosial (bansos), namun memuncak ketika seorang warga kritis, Suryadi, tewas dalam duel berdarah.
Insiden bermula dari keresahan warga atas penyaluran bantuan sosial yang dianggap tidak adil.
Baca Juga: Duel Berdarah Picu Kerusuhan di Lampung Tengah, Rumah Lurah Dibakar Massa
Nama Kepala Kampung Gunung Agung mulai diperbincangkan ketika sejumlah warga mencurigai adanya praktik kotor dalam distribusi bantuan sosial (bansos).
Isu ini memanas di media sosial dan menjadi sorotan publik setelah video seorang warga bernama Suryadi menjadi viral.
Dalam video tersebut, Suryadi menyuarakan kemarahannya.
Dengan nada tinggi, ia menyebut bahwa tanda tangannya dipalsukan dan haknya atas bansos digelapkan.
“Saya tidak terima bansos saya diambil, beras saya dijual. Saya membela kebenaran,” ujar Suryadi dengan penuh emosi.
Namun, perjuangan Suryadi berakhir tragis.