Gojek Tak Bisa Penuhi Tuntutan Ojol Turunkan Potongan Komisi dan Biaya Aplikasi, Ini Alasannya

Selasa, 20 Mei 2025 | 17:47 WIB
Gojek Tak Bisa Penuhi Tuntutan Ojol Turunkan Potongan Komisi dan Biaya Aplikasi, Ini Alasannya
Sejumlah pengemudi ojek daring (ojol) melakukan aksi demonstrasi di kawasan Patung Kuda, Jakarta, Selasa (20/5/2025). (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Chief of Public Policy and Government Relations GoTo, Ade Mulya, menyatakan Gojek tidak bisa memenuhi tuntutan massa aksi ojek online untuk menurunkan potongan biaya aplikasi dan komisi.

Ia menyebut potongan untuk aplikasi dan komisi diperlukan demi kepentingan para pengemudi alias driver juga.

Di satu sisi, ia menyebut pihaknya bersedia menerima masukan dari berbagai pihak, termasuk aspirasi dari para ojol yang sedang melakukan aksi di kawasan Patung Kuda Arjuna Wijaya pada Selasa (20/5/2025).

"Namun, bagi Gojek, pengurangan komisi menjadi 10 persen bukanlah solusi," ujar Ade kepada wartawan, Selasa (20/5/2025).

Ade menjelaskan, komisi tiap perjalanan dipakai untuk memastikan keberlangsungan tingkat pesanan dan peluang pendapatan driver.

Ia mencontohkan salah satunya adalah pengadaan promo dan diskon yang bisa menarik pelanggan menggunakan Gojek.

"Lalu, insentif dan swadaya untuk mitra driver sebagai tambahan penghasilan dan bantuan operasional mitra," ucapnya.

Lalu, komisi itu juga dipakai untuk asuransi perjalanan driver dan pelanggan agar memberi rasa aman serta nyaman.

"Biaya lain termasuk pajak, biaya pemasaran, dan lainnya," tuturnya.

Baca Juga: Larang Perwakilan Kemenhub Naik Mobil Komando, Massa Ojol: Suruh Menterinya ke Sini!

Terkait biaya jasa aplikasi, Ade menyebut hal ini ditanggung oleh pelanggan, bukan driver.

"Ini adalah komponen terpisah yangdibebankan kepada pengguna dan lazim/biasa diberlakukan oleh berbagai platform teknologi, baik di dalam maupun luar negeri," jelas Ade.

Biaya jasa aplikasi ini digunakan untuk pengembangan teknologi, keamanan, operasional, hingga kelanjutan bisnis.

"Sekitar 80 persen dari total Nilai Transaksi Bruto dikembalikan kepada ekosistem mitra kami," ungkap Ade.

"Termasuk pembayaran langsung kepada Mitra Driver, Mitra Merchant, pelanggan, serta investasi dalam program-program insentif, operasional, dan pengembangan teknologi," tambahnya memungkasi.

Ojol Demo

Driver ojek online wanita ikut melayangkan sindiran kepada rekan-rekannya yang lebih memilih mengangkut penumpang ketimbang ikut berdemonstrasi menuntut pihak aplikasi.

Sindiran itu dalam orasi di tengah massa ojol yang menggelar aksi demonstrasi di depan Patung MH Thamrin, Jalan Medan Merdeka Selatan, Selasa (20/5/2025).

ratusan ojek online (Ojol) mengepung Pendopo Gubernur Banten lama, Selasa 20 Mei 2025. Mereka menolak 'ongkos murah' dan meminta kenaikan argo. [Yandi Sofyan/SuaraBanten.id]
ratusan ojek online (Ojol) mengepung Pendopo Gubernur Banten lama, Selasa 20 Mei 2025. Mereka menolak 'ongkos murah' dan meminta kenaikan argo. [Yandi Sofyan/SuaraBanten.id]

Pantauan Suara.com, terlihat massa yang biasanya ditempatkan di Jalan Medan Merdeka Barat, kini ditempatkan di lapangan silang Monas, dekat patung MH Thamrin.

Salah seorang emak-emak yang selaku orator, menyindir tajam sejumlah mitra driver yang memilih tetap menarik penumpang meskipun aksi protes tengah berlangsung.

“Kami lantang berdiri di sini, lu beraninya cuma cuap-cuap di grup, anyep di sini. Lu masih narik enggak malu lu ya? check out Shopee, lu masih banyak kah?” sindir emak-emak itu saat beroasi di atas mobil komando, Selasa.

Tak hanya itu, emak-emak yang menjadi orator juga sang orator juga menyentil para mitra yang dianggap tunduk pada kepentingan perusahaan aplikator.

Ia menegaskan bahwa aksi tersebut murni didorong oleh nurani, bukan karena bayaran atau kepentingan sesaat.

“Kami datang atas hati nurani, beda sama budak-budak aplikator, dikasih duit baru datang,” pekik emak-emak itu dengan nada tinggi.

Para demonstrasi juga meminta agar para pengemudi ojek online untuk mematikan aplikasi sebagai bentuk solidaritas aksi ini.

Tindakan ini tidak hanya menunjukkan solidaritas, tetapi juga sebagai tekanan kepada aplikator bahwa keberlangsungan layanan sangat bergantung pada kontribusi mereka sebagai mitra lapangan.

Para pengemudi juga banyak yang mengeluhkan sistem bonus yang tidak transparan, biaya potongan (komisi) yang dianggap terlalu tinggi, hingga sistem suspend akun yang dianggap sepihak.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI