50 Ribu Bayi Lahir dengan Penyakit Jantung Bawaan, IDAI Soroti Masih Kurangnya Fasilitas RS

Kamis, 22 Mei 2025 | 11:10 WIB
50 Ribu Bayi Lahir dengan Penyakit Jantung Bawaan, IDAI Soroti Masih Kurangnya Fasilitas RS
Ilustrasi bayi tengah menjalani perawatan di rs. (Dok: Istimewa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat, kasus Penyakit Jantung Bawaan (PJB) masih banyak ditemukan.

Penyakit itu ditemukan terjadi pada puluhan ribu anak-anak baru lahir setiap tahunnya.

Data IDAI 2024, sekitar 50 ribu bayi lahir dengan PJB setiap tahun, di mana 12 ribu kasus di antaranya tergolong kondisi kritis. Akan tetapi, banyaknya kasus itu tidak diimbangi dengan kapasitas layanan bedah maupun non-bedah.

Ketua IDAI DR Dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA, Subs Kardio(K), menyampaikan bahwa rumah sakut Indonesia saat ini hanya mampu menangani sekitar 7.500 kasus per tahun.

Para dokter yang ada saat ini baru hanya mampu menangani Surgical Intervention sebanyak 3140 kasus dan NSI atau Non-Surgical Intervention sebanyak 4363 kasus.

Data tersebut merupakan total dari 18 provinsi yang dilaporkan oleh para dokter spesialis anak dan spesialis jantung anak berada.

"IDAI mencatat selisih data ini menunjukkan masih adanya kesenjangan yang signifikan dalam penanganan PJB," kata Piprim dalam keterangannya, ditulis Kamis (22/5/2025).

Menurut Piprim, penting adanya kolaborasi multisektor dalam mengatasi ketimpangan akses dan kualitas penanganan penyakit jantung bawaan (PJB).

IDAI mencatat saat ini hanya terdapat 105 dokter subspesialis jantung anak yang aktif berpraktik, terdiri dari 70 spesialis anak subspesialis jantung dan 35 dokter spesialis jantung pediatrik ang tersebar di 18 provinsi, dengan distribusi tidak merata.

Baca Juga: Polemik Mutasi Dokter, Adian PDIP Sebut Ada Beda Tafsir Antara Kemenkes dan IDAI Soal Kolegium

Selain itu, IDAI juga mengungkapkan adanya ketimpangan distribusi layanan, di mana sejumlah provinsi belum memiliki fasilitas bedah jantung anak, sementara beban kasus terus meningkat.

Selain itu juga ada krisis SDM di mana hanya ada 105 dokter spesialis jantung anak di Indonesia, dengan penambahan 4–6 orang/tahun, jauh di bawah kebutuhan.

Ilustrasi penyakit jantung (freepik.com/brgfx)
Ilustrasi penyakit jantung (freepik.com/brgfx)

Berdasarkan data IDAI, saat ini terdapat 105 konsulen aktif dan 28 calon konsulen yang sedang masih dalam masa studi.

Oleh karena itu, IDAI menyarankan program pengampuan PJB, Penyediaan fellowship pendidikan di dalam negeri dan luar negeri, serta program Dokter Terbang (Flying Doctor) untuk melakukan intervensi bedah jantung di RS Utama di mana terdapat calon kosulen yang sedang studi.

Selain itu juga ada keterbatasan fasilitas penunjang seperti PCICU, cath-lab, dan obat esensial seperti prostaglandin IV.

Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Kardiologi, Dr. Rizky Ardiansyah, M.Ked, SpA, Subs Kardio(K) mengatakan kalau IDAI sebenarnya telah memberikan Pelatihan tenaga kesehatan melalui program INPOST (skrining PJB untuk FKTP) dan PNET (pelatihan ekokardiografi dasar).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI