Viral Pengantin Anak di Lombok Tengah, Apa Bahaya Pernikahan Dini bagi Kesehatan dan Mental?

Bella Suara.Com
Minggu, 25 Mei 2025 | 10:26 WIB
Viral Pengantin Anak di Lombok Tengah, Apa Bahaya Pernikahan Dini bagi Kesehatan dan Mental?
Ilustrasi pernikahan dini. (chatGPT)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Pernikahan dini kerap menjadi bagian dari siklus kemiskinan.

Ketika anak putus sekolah, menikah, lalu memiliki anak di usia muda, peluang untuk meningkatkan kesejahteraan hidup semakin kecil.

Tanpa pendidikan dan keterampilan kerja yang memadai, keluarga baru ini akan sulit mandiri secara ekonomi dan berisiko besar hidup dalam kemiskinan.

Anak dari pasangan yang menikah muda juga berpeluang besar mengulang pola yang sama: menikah muda, putus sekolah, dan kembali terjebak dalam rantai kemiskinan struktural.

5. Tanggung Jawab Sosial dan Penegakan Hukum

Pernikahan anak di bawah umur bukan hanya urusan keluarga, tapi tanggung jawab sosial yang harus dicegah oleh seluruh elemen masyarakat.

Dalam banyak kasus, seperti yang terjadi di Desa Mujur, pembiaran oleh orangtua dan lingkungan menjadi faktor utama pernikahan dini terus terjadi.

Padahal, berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, batas usia minimal untuk menikah adalah 19 tahun, baik bagi laki-laki maupun perempuan.

Pernikahan di bawah usia tersebut hanya bisa dilakukan dengan izin pengadilan, dan itu pun seharusnya menjadi pengecualian, bukan norma.

Baca Juga: 8 Tips Cegah Anak Jadi Korban Kejahatan Seksual, Termasuk dari Orang Terdekat

Pemerintah daerah, tokoh masyarakat, dan lembaga keagamaan harus proaktif dalam menyosialisasikan bahaya pernikahan dini.

Pengawasan terhadap praktik perjodohan anak juga perlu ditingkatkan, serta memberi pendampingan psikologis dan pendidikan kepada anak-anak dan keluarganya.

Kasus viral pengantin remaja asal Lombok Tengah bukan hanya kisah pilu dua anak yang kehilangan masa kecilnya.

Ini adalah cerminan nyata bagaimana pernikahan dini masih menjadi praktik yang "dimaklumi" dalam budaya kita, padahal efeknya sangat merusak.

Anak-anak harusnya tumbuh, belajar, dan bermain—bukan dibebani tanggung jawab rumah tangga yang belum sanggup mereka pikul.

Sudah waktunya semua pihak bersatu menghentikan pernikahan dini, demi masa depan generasi penerus yang lebih sehat, cerdas, dan bahagia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI