Merapat ke PSI atau PPP? Menakar Keuntungan jika Jokowi jadi Ketum Parpol

Senin, 02 Juni 2025 | 19:46 WIB
Merapat ke PSI atau PPP? Menakar Keuntungan jika Jokowi jadi Ketum Parpol
Merapat ke PSI atau PPP? Menakar Keuntungan jika Jokowi jadi Ketum Parpol. [Tangkapan Layar]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Analis Politik dari Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung, Kristian Widya Wicaksono membeberkan kemungkinan terbaik jika Presiden ketujuh RI Joko Widodo atau Jokowi menjadi ketua umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) atau Partai Persatuan Pembangunan (PPP). 

Pertama, kata dia, jika pilihan Jokowi ingin membangun kendaraan politik baru dengan fleksibilitas tinggi dan mengonsolidasikan kekuatan di kalangan pemilih muda, maka pilihannya PSI

"Jika tujuannya adalah membentuk kendaraan politik baru dengan fleksibilitas tinggi dan mengonsolidasikan kekuatan di kalangan pemilih muda dan urban, PSI merupakan pilihan yang lebih aman dan potensial secara elektoral," kata Kristian kepada Suara.com saat dihubungi pada Senin (2/6/2025). 

Namun, kata dia, jika Jokowi ingin menjadi King Maker terutama untuk menyatukan spektrum nasionalis-religius, maka pilihannya adalah PPP

"Namun jika Jokowi ingin memainkan peran sebagai king maker dalam ranah yang lebih luas, menyatukan spektrum nasionalis-religius dan memanfaatkan struktur partai yang sudah mapan, PPP menawarkan peluang strategis jangka panjang, meski penuh risiko politik dan resistensi internal," katanya. 

Kendati begitu, kata dia, pada akhirnya, keputusan ini akan sangat tergantung pada strategi jangka panjang Jokowi dalam panggung politik Indonesia pasca 2024. 

"Apakah ia ingin tetap menjadi power broker dari luar sistem, atau justru kembali masuk ke dalam gelanggang partai untuk mengarahkan agenda politik nasional secara langsung," pungkasnya. 

Sebelumnya, Ketua Mahkamah Partai PPP, Ade Irfan Pulungan, mengatakan, jika adanya usulan nama Joko Widodo atau Jokowi sebagai kandidat calon ketua umum PPP memang sengaja digulirkan. 

Menurutnya soal keputusan akhir tetap berada di tangan Jokowi. 

Baca Juga: Soroti 'Kemesraan' Prabowo-Mega, Elite PDIP Teringat Buya Hamka jadi Imam Salat Jenazah Soekarno

Hal itu disampaikan Ade menanggapi soal nama Jokowi juga diusulkan menjadi calon ketua umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI). 

"Ya, ini kan lontaran, ini kan masukan, ini kan gagasan, ini kan pendapat. Biarkan saja ini bergulir, biarkan saja ini mengalir, biarkan saja ini berkembang," kata Ade kepada Suara.com saat dihubungi pada Sabtu (31/5/2025). 

Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) saat ditemui di kediamannya, Rabu (28/5/2025). [Suara.com/Ari Welianto]
Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) saat ditemui di kediamannya, Rabu (28/5/2025). [Suara.com/Ari Welianto]

Menurutnya, menjelang Kongres atau Muktamar partai wajar jika selalu muncul usulan-usulan. 

"Kan keputusan itu nanti ada di Pak Jokowi. Begitu, biarkan saja ini berkembang," katanya. 

Kendati begitu, Ade tetap mendoakan agar Jokowi mau menerima pinangan sebagai calon ketua umum PPP. 

"Insyaallah kami mendoakan, ada hidayah dari Allah SWT menjadikan Pak Jokowi memilih hatinya kepada PPP. Kami berikhtiar," ujarnya.

Nama Presiden ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi tengah jadi sorotan usai diusulkan menjadi calon ketua umum PPP dan juga PSI. (Foto dok. Antara)
Nama Presiden ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi tengah jadi sorotan usai diusulkan menjadi calon ketua umum PPP dan juga PSI. (Foto dok. Antara)

"Kami biarkan Pak Jokowi yang memilih sesuai dengan suasana kebatinannya. Biarkan Pak Jokowi yang menentukan sikapnya. Enggak usah kita ganggu itu. Begitu," sambungnya. 

Sebelumnya, Jokowi menanggapi santai isu bakal didorong maju sebagai Ketua Umum PSI. Dirinya masih mengkalkulasi jika ikut akan kalah. 

"Ya masih dalam kalkulasi. Jangan sampai kalau nanti misalnya saya ikut, saya kalah," terangnya saat ditemui, Rabu (14/5/2025). 

Meski namanya dikaitkan maju sebagai calon Ketua Umum PSI, Jokowi mengaku hingga saat ini belum mendaftar. Karena waktu pendaftaran masih panjang sampai Juni 2025 nanti. 

"Belum (mendaftar), kan masih panjang sampai Juni. Seingat saya masih sampai Juni," ungkap dia. 

Ketika disinggung kalau mendaftar maka akan bersaing dengan Kaesang Pangarep, Jokowi menyebut tidak tahu. 

"Ya nggak tahu. Kalau saya mendaftar mungkin yang lain nggak mendaftar mungkin," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI