Ketimbang Sibuk 'Jualan', PPP Ditantang Bentuk Koalisi Bareng Parpol Islam Senasib Tak Lolos Senayan

Senin, 02 Juni 2025 | 15:20 WIB
Ketimbang Sibuk 'Jualan', PPP Ditantang Bentuk Koalisi Bareng Parpol Islam Senasib Tak Lolos Senayan
Senasib, PPP Ditantang Bentuk Koalisi Bareng Parpol Islam tak Lolos Senayan Ketimbang Sibuk 'Jualan'. [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Politisi senior Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Zainut Tauhid Sa'adi menyarankan agar PPP seharusnya fokus saja pada membangun gagasan koalisi partai-partai Islam nonparlemen. Hal itu disampaikan Zainut setelah sejumlah elite PPP yang kekinian sibuk 'menjual' partai dengan menjajakan pihak eksternal menjadi calon ketua umum. 

"Menurut saya sekaranglah momentum yang paling tepat untuk membuka dialog dengan partai-partai Islam tentang gagasan koalisi tersebut, dan seharusnya elite PPP yang menjadi pemimpin koalisi, bukan malah sibuk melakukan talent scouting untuk mencari calon Ketua Umum," kata Zainut kepada Suara.com saat dihubungi pada Senin (2/6/2025). 

Menurutnya, masalah Ketua Umum memang penting tetapi yang lebih penting adalah bagaimana mengembalikan percayaan publik kepada PPP yang mengaku sebagai representasi politik Islam di Indonesia. 

Perlu diketahui, kata dia, bahwa selain PPP ada beberapa partai Islam dan partai yang berbasis Islam yang juga tidak lolos parliamentary threshold (PT) antara lain, Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Ummat, Partai Gelora dan Partai Masyumi Baru. 

"Jika partai-partai tersebut bergabung atau bekerja sama maka akan menjadi kekuatan politik yang cukup signifikan," ujar Wakil Menteri Agama (Wamenag) itu. 

Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi mewakili Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menghadiri Nadwah Al-Haj Al-Akbar [Dok: MCH 2022]
Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi mewakili Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menghadiri Nadwah Al-Haj Al-Akbar [Dok: MCH 2022]

Seharusnya, kata dia, dengan tidak masuknya partai-partai Islam di parlemen tersebut melahirkan kesadaran kolektif para pemimpin Islam untuk lebih mengedepankan semangat persatuan dan kebersamaan dalam perjuangan di bidang politik

Sehingga, menurutnya, momentum kegagalan masuk di parlemen dapat dimanfaatkan untuk melakukan konsolidasi kekuatan politik Islam di Indonesia. 

"Menurut saya sekarang merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konsolidasi politik Islam di Indonesia, dan seharusnya elite PPP yang memelopori gerakan itu," katanya. 

Meski disadari Mantan Wakil Menteri Agama RI ini, terkait menyatukan partai-partai islam tersebut tidak lah mudah. 

Baca Juga: Dipuji-puji karena Dietnya Berhasil, Prabowo Pangling Lihat Megawati: Ibu Luar Biasa!

"Namun menurut saya hal tersebut sudah saatnya untuk digaungkan, karena kebutuhan adanya partai politik Islam bersatu di Indonesia masih sangat relevan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat Indonesia ke depan," pungkasnya. 

Setidaknya gagasan koalisi partai Islam di Indonesia memiliki beberapa kepentingan dan implikasi positif, kata Zainut, sebagai berikut: 

  1. Mengembalikan kepercayaan publik kepada Partai Islam sebagai wadah untuk mengartikulasikan dan mengagregasikan kepentingan masyarakat.
  2. Meningkatkan pengaruh politik dan kekuatan tawar partai-partai Islam dalam proses politik di Indonesia.
  3. Meningkatkan kerja sama antarpartai Islam agar lebih efektif dalam mencapai tujuan politik dan ideologis.
  4. Memungkinkan memiliki representasi yang lebih besar di parlemen dan lembaga pemerintah lainnya melalui proses rekruetmen kepemimpinan nasional.

Bursa Caketum PPP

Sebelumnya, Ketua Majelis Pertimbangan PPP Romahurmuziy alias Gus Rommy, menyampaikan, kekinian sudah 8 nama sebagai kandidat caketum PPP di antaranya 3 dari internal dan 5 dari eksternal. 

"Internal: Sandi Uno, Sekjen Arwani & Gus Yasin. Dari Eksternal: Gus Ipul, Dudung Abdul Rahman, Amran Sulaiman, Marzuki Alie, dan Agus Suparmanto," ungkapnya. 

"Tentu nama-nama yang muncul tingkat agresivitasnya berbeda. Ada yang sudah sosialisasi dengan DPW atau DPC. Ada yang baru sowan para sesepuh ulama. Ada yang sudah konsolidasi. Ada yang sudah niat, kemudian ngerem. Bahkan ada yang diunggulkan tapi masih ditunggu kesediannya. Tapi setidaknya komunikasi itu ada. Baik dengan saya sendiri atau dengan pengurus DPP lainnya. Intinya, dinamika menuju muktamar ini menuju 1 arah: mencari Ketua Umum baru," sambungnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI