Ia mengibaratkan perlakuan yang baru diterimanya sebagai cerminan dari masalah yang harus ia hadapi sebagai pemimpin.
"Kalau saya mencintai Bekasi, tetapi melihatnya kumuh dan banjir, berarti saya harus menyelesaikan masalah kekumuhan dan banjir itu. Kalau kumuh, bangunannya harus dibongkar dulu. Kalau banjir, penyebabnya harus dibereskan dulu, karena saya mencintai," tuturnya.
Dengan gaya santai dan sedikit humor, ia menggambarkan betapa beratnya perjuangan untuk bertemu langsung dengan warganya, sebuah pilihan yang ia ambil karena cinta.
"Untuk apa saya berkeringat seperti ini? Dari situ ke sini saja butuh waktu dua jam. Saya ditarik ke sana, ke sini, diremas, ditarik, habis saya ini," candanya dalam bahasa Sunda, yang disambut tawa dan tepuk tangan meriah.
KDM menegaskan, kunjungannya yang melelahkan bukanlah tanpa alasan.
"Kalau saya jadi gubernur tapi tidak cinta, untuk apa capek-capek datang ke Bekasi? Lebih baik saya diam di Bandung. Dari Bandung saya pergi ke Singapura, dari Singapura ke Perancis, pulangnya saya cerita 'ini saya bawa investasi', padahal bohong," ucapnya, menyentil gaya kepemimpinan yang jauh dari rakyat.