Guru Malaysia Tegur Siswa Pakai Bahasa Indonesia, Fadli Zon Serukan Kolaborasi Budaya Serumpun

Jum'at, 11 Juli 2025 | 08:19 WIB
Guru Malaysia Tegur Siswa Pakai Bahasa Indonesia, Fadli Zon Serukan Kolaborasi Budaya Serumpun
Menteri Kebudayaan Fadli Zon. [Suarabogor.id/Egi Abdul Mugni]

Suara.com - Kontroversi penggunaan Bahasa Indonesia oleh siswa di Malaysia dalam tugas sekolah memicu perdebatan publik di media sosial.

Menanggapi kejadian tersebut, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menekankan pentingnya kolaborasi dan kerja sama budaya antarnegara serumpun, alih-alih mempertentangkannya secara emosional.

"Ya, kita kan sebenarnya dengan negara-negara jiran, tetangga kita, mempunyai persamaan akar," kata Fadli Zon kepada wartawan di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (10/7/2025).

Menurut Fadli, akar kebudayaan yang sama antara Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang persebaran budaya dan bahasa di kawasan Asia Tenggara.

Ia juga menyinggung kuatnya pengaruh diaspora Indonesia yang tersebar di berbagai negara, termasuk Malaysia.

Alih-alih melihat perbedaan bahasa sebagai sumber gesekan, Fadli justru mengajak negara-negara ASEAN untuk mempererat hubungan budaya.

"Jadi, dalam soal kebudayaan ini kita perlu berkolaborasi, bekerjasama," imbuhnya.

Politisi Partai Gerindra itu mencontohkan kerja sama regional antar negara ASEAN yang mendukung pengajuan kebaya agar bisa jadi warisan budaya tak benda dari Indonesia kepada UNESCO. Menurutnya, hal serupa juga bisa dilakukan dalam hal penggunaan bahasa.

"Memang cukup baik hubungan-hubungan kita. Ya, tentu bagi kita, kita ingin memajukan budaya nasional Indonesia," pungkasnya.

Baca Juga: Penulisan Ulang Sejarah Diawasi DPR, Fadli Zon: Memang Tugas Mereka

Kabar seorang guru di Malaysia itu mulanya viral di media sosial. Beredarnya video seorang guru sekolah dasar di Malaysia menegur siswanya karena menggunakan kosakata berbahasa Indonesia, seperti “merencanakan”, “rumah sakit”, dan “teman-teman” dalam tugas Bahasa Melayu.

Dalam bahasa melayu, kata rumah sakit biasanya diganti dengan hospital. Sementara bahasa melayu dari kata teman ialah kawan.

Guru yang disebut-sebut sering disapa Cikgu Gja itu menyalahkan pengaruh konten media sosial dari Indonesia, dan mengimbau siswa untuk lebih menggunakan Bahasa Melayu sesuai standar Malaysia.

Sebuah video dari akun TikTok @cikgugja, yang menampilkan seorang guru bernama Azizah, atau akrab disapa Cikgu Gja, mengeluhkan fenomena baru di ruang kelas.

Guru tersebut menyampaikan kekesalannya setelah mendapati banyak siswanya menulis karangan sekolah dalam campuran Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia.

Dalam video tersebut, Cikgu Gja tampak heran dan cukup kesal saat membaca hasil tulisan siswanya yang dipenuhi kata-kata seperti “berencana”, “rumah sakit”, dan “teman-teman”. Ia berkata dengan ekspresi bingung,

Menurut Cikgu Gja, kata-kata seperti teman sebenarnya memang ada dalam Bahasa Melayu, tetapi penggunaannya tidak seumum kata kawan atau rakan dalam konteks pendidikan di Malaysia.

Viral Guru Malaysia Kesal Siswa Menulis Karangan dengan Bahasa Indonesia (TikTok/cikgugja)
Viral Guru Malaysia Kesal Siswa Menulis Karangan dengan Bahasa Indonesia (TikTok/cikgugja)

Ia menilai bahwa fenomena ini bukan kesalahan anak-anak semata, melainkan karena kuatnya pengaruh konten digital dari luar negeri, terutama dari negara serumpun, Indonesia, yang ditonton anak-anak setiap hari.

Dalam keterangannya, Cikgu Gja menegaskan bahwa tegurannya bukan bermaksud merendahkan Bahasa Indonesia. Ia justru menghargai Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang indah dan kaya budaya.

Namun, dalam konteks tugas sekolah yang mengikuti kurikulum Malaysia, para siswa harus belajar menggunakan Bahasa Melayu yang tepat.

Cikgu Gja juga menyampaikan pesan penting kepada orang tua agar lebih memperhatikan apa yang dikonsumsi anak-anak di media sosial dan YouTube.

Video ini segera viral dan memicu diskusi hangat, bahkan hingga ke netizen Indonesia. Sebagian besar warganet mendukung sikap Cikgu Gja dan memahami keresahannya sebagai seorang pendidik.

Video tersebut memicu reaksi luas di media sosial. Warganet Indonesia menyebut fenomena itu sebagai bukti “soft power” bahasa Indonesia yang kian meluas, sementara sebagian masyarakat Malaysia mendukung guru tersebut karena dianggap menjaga keaslian Bahasa Melayu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI