Serangkaian Fakta Tragis dan Ironis di Pernikahan Anak Dedi Mulyadi: 3 Nyawa Melayang

Wakos Reza Gautama Suara.Com
Jum'at, 18 Juli 2025 | 18:50 WIB
Serangkaian Fakta Tragis dan Ironis di Pernikahan Anak Dedi Mulyadi: 3 Nyawa Melayang
Fakta tragis di balik pernikahan anak Dedi Mulyadi yang memakan korban jiwa.

"Setelah acara berjalan lancar, baik, tidak ada kerumunan, yang bersangkutan kemudian istirahat, duduk. Di saat yang bersangkutan itu beristirahat dan pingsan kemudian meninggal dunia," ujar Hendra.

2. Ironi Santunan Rp150 Juta dan Pengakuan Gubernur

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, dengan cepat menjanjikan santunan kematian fantastis sebesar Rp150 juta per keluarga korban. Namun, di balik angka besar itu, ada sebuah pengakuan yang mengejutkan.

Dedi mengaku tidak mengetahui detail acara makan gratis tersebut dan pada saat kejadian, ia justru sedang berada di Bandung untuk menghadiri acara peragaan busana.

"Barusan saya meminta staf saya untuk memberikan santunan sebesar Rp150 juta per keluarga. Ini bagian dari empati saya kepada warga," kata Dedi.

3. Panggung Hiburan Terus Berlangsung Saat Nyawa Melayang

Di tengah kepanikan, suara sirine ambulans, dan tangis histeris, panggung hiburan dilaporkan masih terus berlangsung.

Musik dan lagu-lagu tetap dinyanyikan seolah tak terjadi apa-apa, menunjukkan betapa kacaunya koordinasi dan betapa rendahnya kepekaan di lokasi saat tragedi terjadi.

4. Peringatan Diri Sendiri yang Terabaikan

Baca Juga: Tawuran Kembali Terjadi, PSI Kembali Minta Pramono Kirim Anak Nakal ke Barak

Dalam permintaan maafnya, Dedi Mulyadi secara tersirat mengakui adanya kelalaian.

"Saya selalu mengimbau agar kegiatan tidak diselenggarakan di ruang sempit dengan jumlah orang yang terlalu banyak. Tapi, karena peristiwa ini sudah terjadi, saya bertanggung jawab," ujarnya.

Ironisnya, imbauan yang sering ia sampaikan itu justru terabaikan dalam acara yang digelar oleh keluarganya sendiri.

5. Gerbang Pendopo Jadi Saksi Bisu Neraka Dunia

Saksi mata menuturkan bagaimana suasana berubah menjadi neraka dalam sekejap. Massa yang sudah berkerumun sejak sebelum sholat Jumat, semakin tak terkendali setelahnya.

Gerbang utama Pendopo menjadi titik pusat kekacauan. "Sudah penuh, ramai, saling berdesakan," kata Aef (55), seorang warga.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI