Ia dikenal memiliki karier yang moncer.
Lulusan Hubungan Internasional UGM ini pernah terlibat dalam misi-misi berisiko tinggi, termasuk proses evakuasi WNI dari Turki dan Iran.
Pekerjaannya membuatnya harus berhadapan dengan sindikat kejahatan transnasional, mulai dari perbudakan modern hingga perdagangan manusia.
Fakta paling krusial akhirnya dikonfirmasi oleh atasannya.
"Almarhum pernah menjadi saksi kasus TPPO," ungkap Judha Nugraha, Direktur Perlindungan WNI Kemenlu.
Pernyataan resmi ini menjadi benang merah yang menghubungkan kematiannya dengan dunia gelap yang selama ini ia coba perangi.
Menjadi saksi dalam kasus sebesar TPPO menempatkan Arya dalam posisi yang sangat rentan, menjadikannya target potensial bagi mereka yang ingin operasinya tetap terkubur dalam-dalam.
Dengan terungkapnya latar belakang ini, tekanan di pundak penyidik Polri menjadi berlipat ganda.
Mereka kini ditantang untuk tidak hanya menemukan eksekutor di lapangan, tetapi juga membongkar kemungkinan adanya dalang intelektual dan jaringan kuat di baliknya.
Baca Juga: Dua Pekan Buntu, Misteri Kematian Diplomat Arya Daru dengan Wajah Dilakban Masih Gelap
Kasus ini menjadi ujian berat bagi institusi kepolisian.
Mengungkap pembunuhan yang dirancang rapi untuk terlihat seperti bunuh diri di kamar terkunci sudah cukup sulit.
Kini, mereka juga harus menghadapi kemungkinan melawan sindikat TPPO yang memiliki sumber daya, koneksi, dan keberanian untuk membungkam seorang aparat negara.
Kematian Arya Daru Pangayunan adalah alarm keras.
Ini bukan lagi sekadar tragedi pribadi, melainkan sinyal bahaya bahwa para pejuang di garda depan perlindungan WNI sedang berhadapan dengan musuh yang tak segan-segan menggunakan cara paling keji untuk melindungi bisnis haram mereka.