Suara.com - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi mendengar kabar memprihatinkan dari seorang anak yang nekat meminum pembersih lantai lantaran frsutasi tidak disekolahkan oleh orangtuanya.
Bukan tanpa sebab, kedua orangtuanya memiliki kemampuan ekonomi di bawah rata-rata, sehingga tidak mampu untuk menyekolahkannya.
“Ada berita memprihatinkan, seorang anak masuk rumah sakit keracunan, karena minum pembersih lantai,” cerita Dedi, dikutip dari tiktoknya, Sabtu (26/7/25).
“Hal itu disebabkan karena kekecewaannya. Orangtuanya tidak meneruskan pendidikannya ditingkat SMA karena faktor biaya,” sambungnya.
Menurut cerita Dedi Mulyadi, sang anak tersebut lulusan dari sebuah pondok dan masuk ke SMA Negeri Tengah Tani, Kabupaten Cirebon.
Selama bersekolah 1 semester, anak tersebut menggunakan seragam lamanya dan hanya diganti bet SMA.
Per Desember 2024 dirinya dikeluarkan dari sekolah lantaran ketidakmampuan orangtua.
“Dia dulu dipesantrenkan orangtuanya di Tsanawiyah, dia meneruskan ke SMA Tengah Tani Kota Cirebon. Tetapi karena ketidakmampuan orangtuanya membelikan baju seragam, akhirnya dia menggunakan seragam tsanawiyah betnya yang diganti seragam SMA,” urainya.
“Dia hanya bisa sekolah selama 1 semester, berhenti sekolahnya Desember 2024,” tambahnya.
Baca Juga: Anne Ratna Mustika Buka Suara, Bantah Isu Cerai dan Bongkar Fitnah di Balik Pernikahan Maulana Akbar
Di tahun ajaran baru ini, anak tersebut berniat untuk meneruskan pendidikannya, namun orangtua belum bisa memberi solusi positif.
Akhirnya, ia nekat melakukan hal berbahaya dan menyakiti tubuhnya sendiri dengan meminum cairan pembersih lantai.
“Tahun ini dia ingin meneruskan sekolah lagi, tapi orangtuanya keberatan karena tidak mampu secara ekonomi,” sebut Dedi.
“Sekolahnya memang sudah tidak bayar, tetapi dia berat untuk beli seragam, beli buku dan sejenisnya,” sambungnya.
Mendengar kabar miris tersebut, Dedi Mulyadi sontak bergerak cepat dengan mengirim ajudannya ke lokasi.
Dedi langsung menyelesaikan seluruh biaya rumah sakit. Tak hanya itu, Dedi juga mengangkat anak tersebut sebagai anak asuhnya.
“Saya sudah menyuruh ajudan saya untuk bertemu kedua orang tuanya dan anak tersebut,” ujar Dedi.
“Seluruh biaya Rumah sakit sudah saya selesaikan, mulai besok anak itu menjadi anak asuh saya dan berhak untuk sekolah di sekolah negeri,” serunya.
Dedi berharap anak tersebut bisa menggapai cita-citanya dengan terus meneruskan ke jenjang SMA.
Dedi bahkan siap bertanggung jawab membiayai dan menyekolahkan anak tersebut sampai tamat SMA.
“Masuk sekolah negerinya tentu sesuai dengan prosedur, karena setiap orang harus diperlakukan sama,” ujar Dedi.
“Tapi saya bertanggung jawab terhadap pendidikannya sampai tamat SMA. Kalau punya kemampuan, dia pinter, bisa meneruskan ke perguruan tinggi,” tambahnya.
Kejadian yang nahas ini menjadi pembelajaran tersendiri bagi Dedi.
Pihaknya akan terus berupaya membantu masyarakat miskin agar bisa terus mengenyam Pendidikan minimal hingga ke Tingkat SMA/SMK/MAN.
“Mari kita gotong royong bersama-sama agar orang yang miskin masih tetap bisa sekolah,” terangnya.
“Semoga Jawa Barat seluruh anak-anaknya bisa bersekolah dengan baik, minimal pendidikannya SMA/MAN/SMK,” sambungnya.
Kisah Pelajar Nekat Menenggak Cairan Pembersih Lantai
Sebagaimana diketahui, sebelumnya seorang pelajar di Kota Cirebon berinisial MMH nekat menenggak cairan pembersih lantai. MMH mengalami depresi akibat ketidakmampuan finansial untuk melanjutkan Pendidikan.
MMH selama ini sudah berusaha bekerja sebagai penjaga toko buah hingga pelayan di Pasar Kalitanjung, Kota Cirebon.
Namun upahnya yang hanya Rp 20.000 per hari itu rupanya belum bisa membantu orang tuanya untuk mencukupi kebutuhan sekolahnya.
Ayah MMH yang bekerja sebagai buruh merasa tidak dapat berbuat banyak untuk sang buah hati.
MMH dikenal sebagai anak berprestasi yang pandai berpidato dalam Bahasa Inggris saat menempuh Pendidikan di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di salah satu Pondok Pesantren di Kota Cirebon.
MMH Lulus Tahun 2024 dan sempat bersekolah di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon, sebelum terpaksa berhenti akibat masalah keuangan.
Kontributor : Kanita