Eks Menko Ekuin Meninggal Dunia, Agama Kwik Kian Gie dan Benang Merah Prinsip Hidupnya

Rifan Aditya Suara.Com
Selasa, 29 Juli 2025 | 09:31 WIB
Eks Menko Ekuin Meninggal Dunia, Agama Kwik Kian Gie dan Benang Merah Prinsip Hidupnya
Kwik Kian Gie meninggal dunia, apa agama Kwik Kian Gie? (instagram/kwikkiangieotentik)

Suara.com - Indonesia lagi-lagi kehilangan sosok tokoh penting, ekonom senior sekaligus mantan Mantan Menteri Koordinator Ekonomi di era Presiden Gus Dur, Kwik Kian Gie meninggal dunia di Jakarta pada Senin (28/7/2025).

Dunia ekonomi dan politik Indonesia mengenal Kwik Kian Gie sebagai sosok yang tak kenal takut. Dengan analisis tajam dan kritik pedas yang konsisten, ia menjadi salah satu suara paling berpengaruh dalam kebijakan publik selama puluhan tahun.

Kepergiannya meninggalkan warisan pemikiran yang tak ternilai, sekaligus membangkitkan kembali rasa ingin tahu publik tentang sisi lain dari sang ekonom.

Apa yang menjadi kompas moral dan prinsip hidup yang membimbing langkah-langkahnya? Apa agama Kwik Kian Gie?

Di tengah sorotan publik terhadap karier politik dan pemikiran ekonominya, kehidupan pribadi Kwik Kian Gie, termasuk soal keyakinan, jarang sekali mengemuka.

Banyak profil resmi yang hanya berfokus pada jejak kariernya yang cemerlang. Namun, dengan menggali lebih dalam, kita dapat menemukan kepingan informasi yang membantu melukiskan potret utuhnya.

Artikel ini akan mengupas sisi pribadi tersebut, khususnya mengenai agama Kwik Kian Gie, dan mencoba menarik benang merah antara keyakinannya dengan sikap hidupnya yang dikenal luas.

Agama Kwik Kian Gie

Banyak artikel yang membahas seputar profil Kwik Kian Gie di laman pemerintahan atau media massa namun tidak mencantumkan informasi mengenai agamanya.

Secara tak langsung, hal ini menunjukkan bahwa Kwik Kian Gie adalah sosok yang tidak menonjolkan identitas pribadinya dalam panggung politik nasional.

Baca Juga: Memoar Kwik Kian Gie di Mata Mahfud MD: Tokoh Cerdas dan Lurus Telah Wafat

Fokusnya selalu pada substansi: kebijakan, data, dan keberpihakan pada kepentingan rakyat.

Namun, sebuah arsip lawas terkait profil Kwik Kian Gie disebutkan dengan detil dan jelas tentang sosok ekonom senior ini.

Tercatat bahwa agama yang dianut oleh Kwik Kian Gie adalah Konghucu. Informasi ini menjadi kunci untuk memahami kerangka filosofis yang mungkin membentuk pandangan dunianya.

Kwik Kian Gie lahir pada 11 Januari 1935 di Juwana (Pati), sebuah kota kecil yang memiliki komunitas Tionghoa cukup kental.

Sementara Kong Hu Chu, atau Konfusianisme, sering dipahami bukan sekadar sebagai agama, melainkan juga sebagai sistem etika dan filsafat sosial.

Ajarannya menekankan pada moralitas pribadi dan pemerintahan, kebenaran, keadilan, serta pentingnya hubungan sosial yang harmonis.

Nilai-nilai seperti pengabdian, penghormatan terhadap leluhur dan orang tua, serta pentingnya pendidikan menjadi pilar utamanya.

Jejak Nilai Konfusianisme dalam Karier dan Pemikiran Kwik Kian Gie

Jika kita menelisik rekam jejaknya, ada korelasi kuat antara prinsip-prinsip Konfusianisme dengan sikap dan tindakan Kwik Kian Gie sepanjang hidupnya.

1. Pendidikan sebagai Fondasi Utama

Salah satu pilar utama ajaran Konfusius adalah pentingnya pendidikan untuk pencerahan individu dan kemajuan masyarakat. Kwik Kian Gie adalah manifestasi nyata dari prinsip ini.

Jauh sebelum dikenal sebagai menteri, ia sudah berkecimpung di dunia pendidikan dengan turut mendirikan SMA Erlangga di Surabaya pada tahun 1954.

Puncaknya adalah pendirian Institut Bisnis Indonesia (IBI), yang kini dikenal sebagai Kwik Kian Gie School of Business (Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie), sebagai wujud pengabdiannya untuk mencetak para manajer dan profesional yang andal.

Baginya, pendidikan berkualitas adalah jawaban untuk menjawab tantangan zaman.

2. Nasionalisme dan Keadilan sebagai Panggilan

Kwik Kian Gie dikenal sebagai seorang "nasionalis sejati". Ia konsisten menentang liberalisasi ekonomi yang berlebihan dan kerap mengkritik campur tangan asing yang dianggap merugikan kedaulatan ekonomi Indonesia.

Sikap ini dapat dilihat sebagai perwujudan dari ajaran Konfusianisme tentang tugas seorang intelektual atau pejabat untuk memastikan negara berjalan dengan adil dan teratur demi kesejahteraan rakyatnya.

Ia tidak ragu "berdiri tegak di tengah badai, demi kepentingan rakyat dan negeri."

3. Kritik sebagai Bentuk Pengabdian

Dalam tradisi Konfusianisme, seorang "Junzi" (insan budiman) memiliki kewajiban moral untuk menyuarakan kebenaran kepada penguasa demi kebaikan bersama.

Sikap Kwik Kian Gie yang vokal dan tak pandang bulu dalam mengkritik kebijakan pemerintah, baik saat ia berada di dalam maupun di luar kekuasaan, mencerminkan prinsip ini.

Kritiknya bukanlah serangan personal, melainkan sebuah bentuk pengabdian intelektual untuk menjaga agar negara tidak salah arah.

Pribadi yang Mengedepankan Karya, Bukan Identitas

Mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri (Menko Ekuin) Kwik Kian Gie saat tiba di gedung KPK, Jakarta, Kamis (11/7). [Suara.com/Arief Hermawan P]
Mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri (Menko Ekuin) Kwik Kian Gie saat tiba di gedung KPK, Jakarta, Kamis (11/7). [Suara.com/Arief Hermawan P]

Meskipun arsip mencatat agamanya sebagai Konghucu, Kwik Kian Gie memilih untuk dikenal melalui karya dan integritasnya.

Fakta bahwa informasi ini tidak mudah ditemukan menunjukkan bahwa ia adalah pribadi yang menjaga ranah privatnya.

Ia adalah seorang warga negara Indonesia keturunan Tionghoa yang menikah dengan seorang wanita Belanda, Edith Johanna de Wit, yang ia temui saat menuntut ilmu di Rotterdam. Ini menunjukkan sisi kosmopolitan dari seorang nasionalis yang teguh.

Pada akhirnya, warisan Kwik Kian Gie tidak terletak pada identitas primordialnya, melainkan pada keteladanan intelektual dan keberaniannya.

Ia adalah seorang teknokrat yang dipandu oleh kompas etika yang kuat, yang nilai-nilainya—seperti pentingnya pendidikan, keadilan sosial, dan integritas—bersinggungan erat dengan ajaran Konfusianisme yang dianutnya.

Menurut anda, Apakah nilai-nilai integritas, keberpihakan pada rakyat, dan keberanian intelektual yang diusung Kwik Kian Gie masih relevan sebagai pedoman bagi para pemimpin Indonesia saat ini? Mari diskusikan pandangan Anda di kolom komentar di bawah ini

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI