Diangkat Jadi ASN Tiga Bulan Jelang Pensiun, Air Mata Haru Lalu Syafii Pecah!

Muhammad Yunus Suara.Com
Kamis, 31 Juli 2025 | 16:19 WIB
Diangkat Jadi ASN Tiga Bulan Jelang Pensiun, Air Mata Haru Lalu Syafii Pecah!
Lalu Syafii, kini berusia 57 tahun. Hanya tiga bulan sebelum memasuki masa purna tugas. Akhirnya memegang erat Surat Keputusan (SK) pengangkatan sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), Kamis 31 Juli 2025 [Suara.com/Humas Pemprov Sulsel]

Suara.com - Di antara ribuan wajah penuh suka cita yang memadati pelataran Kantor Gubernur Sulawesi Selatan, Kamis (31/7/2025).

Ada satu sosok yang menyimpan kisah penantian dan pengabdian luar biasa. Namanya Lalu Syafii.

Di usianya yang ke-57 tahun, hanya tiga bulan sebelum memasuki masa purna tugas, ia akhirnya memegang erat Surat Keputusan (SK) pengangkatan sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Senyumnya merekah, namun matanya berkaca-kaca. SK di tangannya bukan sekadar selembar kertas, melainkan sebuah pengakuan atas loyalitas tanpa batas yang telah ia persembahkan selama bertahun-tahun sebagai tenaga honorer.

"Saya merasa bangga, pemerintah masih memperhatikan kami ini. Saya bersyukur sekali, jelang pensiun dilantik sebagai PPPK," ucap Syafii dengan suara bergetar menahan haru, semangatnya tetap menyala terang seperti api di usianya yang tak lagi muda.

Pria kelahiran Atambua, Nusa Tenggara Timur ini telah mendedikasikan hidupnya di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulsel sejak 2015.

Di sana, ia bukan sekadar pegawai. Ia adalah garda terdepan, sosok tangguh dari Tim Reaksi Cepat (TRC) yang selalu siap siaga menerjang bahaya demi menolong sesama.

"Beliau adalah salah satu petugas TRC yang handal. Kinerjanya bagus, rajin, dan sangat bisa diandalkan di lapangan,” ungkap Amson Padolo, Kepala BPBD Sulsel, memberikan kesaksian atas dedikasi anak buahnya itu.

Momen pelantikan itu menjadi semakin tak terlupakan saat namanya dipanggil secara khusus oleh Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman.

Baca Juga: Siap-siap! ASN dari 15 Kementerian/Lembaga Akan Pindah ke IKN

Ia diminta maju ke depan barisan, berdiri di samping sang gubernur, menerima hadiah, dan diabadikan dalam sebuah foto bersejarah bersama empat ASN PPPK lainnya. Sebuah kejutan yang membuatnya tertegun.

“Saya kaget sekaligus bangga. Terharu juga. Pak Gubernur masih melihat kami yang di bawah," ujarnya lirih.

"Doakan beliau selalu sehat dan bisa terus membawa Sulsel lebih maju.”

Status ASN yang akan disandangnya hanya untuk beberapa bulan tak sedikit pun menyurutkan apinya. Baginya, pengabdian tidak terikat oleh status kepegawaian atau batas usia pensiun.

“Di Sulsel ini masih banyak potensi SAR. Selama saya mampu, saya akan terus mengabdi,” tegasnya mantap.

Tekad itu lahir dari tempaan pengalaman yang berat. Salah satu yang paling membekas adalah saat ia ditugaskan ke Palu pada 2018, pasca gempa dan tsunami dahsyat meluluhlantakkan kota itu.

Selama dua minggu, ia bergelut dengan duka dan puing-puing bencana.

“Selama dua minggu, saya dan tim mengevakuasi ratusan jenazah. Berat, tapi saya merasa bangga bisa membantu sesama,” kenangnya, tatapannya menerawang jauh.

Panggilan jiwa untuk dunia kemanusiaan memang telah tumbuh sejak ia masih bocah.

Saat konflik Timor-Timor pecah pada 1975, Syafii yang kala itu baru duduk di bangku kelas 4 SD sudah terbiasa melihat para korban luka dan pengungsi dibantu di lingkungan asramanya. Pemandangan itu mengukir jejak mendalam di hatinya.

“Itu menumbuhkan jiwa kemanusiaan saya sejak dini,” ujarnya.

Jalan hidupnya pun tak pernah jauh dari pelayanan. Sebelum di BPBD, ia aktif di kegiatan remaja pecinta lingkungan saat bersekolah di SMA Cokroaminoto Palopo.

Lalu terlibat selama 10 tahun dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).

Kisah Lalu Syafii adalah cerminan dari pengabdian yang tulus. Sebuah pengingat bahwa di balik seragam dan jabatan, ada hati yang bekerja tanpa pamrih.

Baginya, status ASN yang datang di penghujung karir adalah sebuah kado terindah, sebuah pengakuan manis atas jalan sunyi yang telah ia tempuh seumur hidupnya.

"Kemanusiaan itu bukan sekadar pekerjaan," pungkasnya dengan senyum bijaksana, "tapi memang sudah hobi dan jalan hidup saya."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI