Ketika Bumi tak Lagi Menarik, AS dan China Kini Rebutan Lahan di Bulan

Wakos Reza Gautama Suara.Com
Rabu, 06 Agustus 2025 | 23:12 WIB
Ketika Bumi tak Lagi Menarik, AS dan China Kini Rebutan Lahan di Bulan
Ilustrasi penampakan Bulan. Amerika Serikat dan China kini rebutan lahan di bulan. [Dok.Antara]

Inilah yang membuat perlombaan ini begitu genting. Meskipun Perjanjian Luar Angkasa 1967 melarang negara mana pun untuk mengklaim kedaulatan atas Bulan, ada celah yang mengkhawatirkan.

Dokumen internal NASA memperingatkan bahwa "negara pertama yang membangun reaktor dapat mendeklarasikan zona eksklusif di bulan, yang berpotensi membatasi akses bagi negara lain."

Bayangkan sebuah negara membangun pembangkit listrik raksasa dan kemudian mendeklarasikan "zona keamanan" seluas puluhan kilometer di sekitarnya, secara efektif memonopoli area paling strategis di Bulan.

4. Perlombaan Melawan Waktu: 2030

Target waktu NASA sangat jelas dan bukan kebetulan. Badan antariksa tersebut bertekad meluncurkan reaktor tersebut pada 2030, di saat yang sama China akan mendaratkan astronot pertamanya di Bulan melalui program ambisius mereka, Chang'e.

Ini adalah balapan head-to-head untuk menunjukkan siapa yang memiliki keunggulan teknologi dan kemampuan untuk membangun pangkalan permanen terlebih dahulu.

5. Terbentuknya Dua Kubu di Antariksa

Persaingan ini telah menciptakan dua blok kekuatan di luar angkasa. Di satu sisi ada Amerika Serikat dengan Program Artemis-nya, yang telah berhasil menggandeng puluhan negara mitra, termasuk Jepang dan negara-negara Eropa.

Di sisi lain, China dan Rusia memimpin koalisi mereka sendiri untuk membangun Pangkalan Penelitian Bulan Internasional (ILRS), yang juga telah menarik minat beberapa negara lain. Dunia seakan terbelah dua, tidak hanya di Bumi tetapi juga dalam upaya menaklukkan Bulan.

Baca Juga: Kuota Impor Habis di Akhir Tahun, Produsen Mobil Listrik China Harus Bangun Pabrik di Indonesia

6. Tantangan Anggaran di Pihak AS

Di tengah ambisi besar ini, NASA menghadapi tantangan internal. Pemerintahan sebelumnya sempat mengusulkan pemotongan anggaran NASA yang signifikan, dari 24,8 miliar dolar AS menjadi 18,8 miliar dolar AS.

Hal ini menimbulkan pertanyaan besar: dari mana dana untuk proyek nuklir yang sangat mahal ini akan berasal?

Dan jika didanai, apakah akan mengorbankan program-program sains antariksa penting lainnya? Ini adalah pertaruhan besar bagi Amerika Serikat dalam usahanya mempertahankan dominasi di perbatasan baru umat manusia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI