Suara.com - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi akhirnya angkat bicara terkait pengelolaan Kebun Binatang Bandung, Bandung Zoo yang hingga kini belum menemukan titik terang.
Dengan tegas, Kang Dedi, sapaan akrabnya menyerahkan permasalahan Bandung Zoo kepada Pemerintah Kota Bandung.
Namun, dia mengaku siap apabila diminta untuk menyelesaikan konflik tersebut.
Dedi Mulyadi mengatakan, kewenangan dan aturan mengenai Bandong Zoo ada di Pemerintah Kota Bandung.
Untuk saat ini, Dedi Mulyadi menyatakan untuk tidak ikut campur terlebih dahulu ke masalah tersebut tanpa diminta.
"Kewenangannya ada di pemerintahan kota ya. Sampai hari ini kan kita tidak diminta untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut. Saya kan membatasi diri hari ini. Tidak masuk dulu ke wilayah yang menjadi kewenangan kota tanpa diminta," ucap Dedi.
Lebih lanjut, Dedi mengatakan jika untuk saat ini, masih banyak permasalahan mendasar di Jawa Barat yang perlu juga diselesaikan.
Dia pun saat ini tengah fokus menghadapi permasalahan-permasalahan tersebut.
"Kecuali hal-hal yang mendasar yang itu menjadi keributan rakyat. Jalan misalnya kabupatennya rusak banget pasti saya intervensi. Jembatan, nih bayangin Sukabumi itu ada 5 jembatan yang terputus yang anaknya sekolah nyeberang sungai. Hari ini 4 jembatan sudah dibangun," kata Dedi.
Baca Juga: Cerita di Balik Program Vasektomi Dedi Mulyadi, Ada Kisah Miris
Maka dari itu, untuk saat Dedi mengaku tidak ada intervensi terkait permasalahan Bandung Zoo karenan kewenangan ada di Pemerintah Kota Bandung.
Namun, dia mengaku siap apabila diminta untuk menuntaskan permasalahan tersebut.
"Tapi kalau kebutuhan lain seperti pengelolaan kebun binatang, karena menyangkut kelembagaan, yayasan, kita menghormati siapa dan siapa yang memiliki otorisasi. Hari ini akan selesaikan kalau saya diminta," tandas Dedi Mulyadi.

Untuk diketahui, Kebun Binatang Bandung atau Bandung Zoo tutup sementara akibat konflik internal antara dua pihak yang sama-sama mengklaim diri sebagai manajemen sah lembaga konservasi tersebut.
Humas Bandung Zoo Sulhan Syafi'i mengungkap jika penutupan dilakukan sebagai bentuk antisipasi agar pengunjung tidak terdampak langsung konflik yang sedang berlangsung di internal pengelola.
"Kalau ada pengunjung, dampaknya lebih jelek. Jadi kita tutup aaja dalam rangka jangan sampai pengunjung stres," ungkap Sulhan.
Sulhan mengungkap, penutupan dilakukan mulai Kamis, 3 Juli 2025, dan berharap hanya berlangsung sementara.
Meski ditutup untuk umum, Sulhan memastikan seluruh aktivitas perawatan dan pemberian pakan satwa tetap berjalan normal.
Sulhan menambahkan, semenjak konflik internal antara dua pihak yang sama-sama mengklaim diri sebagai manajemen sah lembaga konservasi tersebut mencuat, sejumlah satwa dilaporkan mati di Kebun Binatang Bandung.
Lebih lanjut, Sulhan menduga, kondisi tersebut dapat dipicu lemahnya koordinasi akibat adanya dua pihak yang mengklaim sebagai manajemen. "Tujuh totalnya (satwa yang mati) dari 20 Maret saja ada burung-burung, ada berapa ekor, terus ada juga binturong," sambung Sulhan.
Kondisi pun semakin memanas sejak Rabu, 6 Agustus 2025 lalu, saat sekelompok orang datang memaksa masuk dengan menjebol gerbang depan Bandung Zoo yang sebelumnya ditutup sementara.
Keributan pun tak terhindarkan, massa yang memaksa masuk kebun binatang terlibat baku hantam dengan petugas jaga dari manajemen baru.
Gerbang lobi utama kebun binatang pun rusak akibat situasi yang tidak terkendali. Terkait ribut-ribut itu, Pemkot Bandung membuka opsi melibatkan Kemenhut untuk mencabut izin lembaga konservasi Yayasan Margasatwa Tamansari selaku pengelola.
Kepala Sub Bidang Pengamanan Barang Milik Daerah dan Pencatatan Barang Persediaan BKAD Kota Bandung, Herman Hari Rustaman mengatakan, opsi itu diambil apabila konflik internal antara dua manajemen yang berselisih berlanjut dan tidak kunjung diselesaikan.
Kontributor : Anistya Yustika