Dengan pangkat dan statusnya sebagai prajurit aktif, keberaniannya untuk bersuara lantang memberikan harapan bagi publik bahwa kali ini, kasus kekerasan senioritas tidak akan berakhir di ruang-ruang senyap.
Kisahnya menjadi simbol perlawanan dari dalam, sebuah gugatan dari seorang abdi negara yang menuntut institusinya untuk membersihkan boroknya sendiri.
Dunia kini menatap, menunggu apakah jeritan seorang ayah ini akan menjadi lonceng kematian bagi budaya kekerasan, atau hanya akan menjadi satu lagi ratapan pilu yang hilang ditelan waktu.
Serma Kristian menuntut hukuman mati, sebuah tuntutan yang lahir dari duka terdalam.
Apakah Anda setuju dengan tuntutannya?
Dan menurut Anda, apa yang harus dilakukan agar jeritan seorang ayah ini benar-benar membawa perubahan?
Mari diskusikan.