Bagi banyak pihak, menodai kesucian tempat ibadah dengan alat pengendali massa adalah sebuah tindakan yang tidak dapat dibenarkan dengan alasan apa pun.
Kericuhan ini sendiri merupakan puncak dari kemarahan warga atas kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang dianggap mencekik dan sikap arogansi pemerintah daerah.
Namun, potret pendemo yang tumbang di tempat wudu kini mengalihkan fokus.
Perdebatan tidak lagi hanya soal kebijakan pajak, tetapi telah bergeser menjadi sorotan tajam terhadap metode represif aparat keamanan.
Hingga kini, klarifikasi resmi dari pihak kepolisian terkait alasan penembakan gas air mata hingga ke area masjid masih dinantikan.
Namun, gambar-gambar ini sudah terlanjur berbicara lebih keras, memicu gelombang simpati untuk para korban dan hujatan keras terhadap aparat yang dinilai telah bertindak keterlaluan.