Kolom komentar di berbagai unggahan video itu dipenuhi dengan curahan hati mengenai beban pajak yang dirasa semakin berat, mulai dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penghasilan (PPh), hingga berbagai jenis pungutan lainnya yang mempengaruhi daya beli masyarakat.
Bagi audiens usia produktif, terutama kalangan 18-45 tahun di kota-kota besar, isu pajak memang menjadi topik yang sangat sensitif.
Mereka adalah kelompok masyarakat yang paling merasakan dampak langsung dari kebijakan fiskal, baik sebagai karyawan, pengusaha, maupun konsumen.
Teriakan "turunin pajaknya" di tengah acara kenegaraan yang sakral menjadi simbol betapa isu ini begitu melekat dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi perhatian utama di luar agenda-agenda seremonial pemerintah.
Momen ini menjadi cerminan nyata dari demokrasi jalanan, di mana masyarakat menggunakan setiap kesempatan untuk berinteraksi dan menyampaikan aspirasi mereka kepada para pembuat kebijakan.
Meskipun disampaikan dengan nada santai di tengah parade, pesan yang terkandung di dalamnya sangatlah serius dan menunjukkan adanya ekspektasi besar terhadap pemerintah, khususnya Kementerian
Keuangan yang dinakhodai oleh Sri Mulyani, untuk merumuskan kebijakan pajak yang lebih berpihak pada kesejahteraan rakyat.