Viral Politisi PDIP Bahas Tunjangan: Jangan Bandingkan dengan Rakyat Jelata

Tasmalinda Suara.Com
Jum'at, 22 Agustus 2025 | 18:32 WIB
Viral Politisi PDIP Bahas Tunjangan: Jangan Bandingkan dengan Rakyat Jelata
politisi PDIP Deddy Sitorus (Suara,com/Lilis)

Suara.com - Sebuah pernyataan yang dinilai arogan dan menohok dari seorang politisi PDI Perjuangan, Deddy Sitorus, kini menjadi pusat amarah publik di media sosial.

Dalam sebuah tangkapan layar yang viral, Deddy dengan tegas menyatakan, "jangan bandingkan kami dengan rakyat jelata", sambil menuding lawan bicaranya "sesat logika".

Pernyataan ini meledak di waktu yang paling buruk, tepat saat rakyat sedang geram-geramnya membandingkan nasib mereka yang gajinya dipotong 3 persen untuk Tapera, sementara para anggota DPR justru menikmati tunjangan rumah jabatan yang fantastis.

Kalimat "jangan bandingkan" ini seolah menjadi pembenaran paling telanjang dari jurang pemisah antara elite Senayan dengan penderitaan rakyat biasa, memicu cemoohan massal: "Duh, emang beda spesies ya?"

"Anda Sesat Logika!": Saat Wakil Rakyat Merasa Superior

Semua berawal dari sebuah perdebatan, di mana Deddy Sitorus menanggapi perbandingan antara anggota dewan dengan masyarakat umum.

Alih-alih memberikan penjelasan yang merangkul, ia justru memilih diksi yang menciptakan tembok pemisah yang tinggi.

"anda sesat logika mbak ! jangan bandingkan kami dengan rakyat jelata," begitu bunyi kutipan yang kini tersebar luas.

Istilah "rakyat jelata" sendiri memiliki konotasi yang merendahkan, mengacu pada rakyat biasa atau kalangan bawah.

Baca Juga: Heboh Seruan Demo 25 Agustus Guncang Medsos Tuntut Prabowo Bubarkan DPR, Benarkah?

Penggunaan kata ini oleh seorang pejabat publik yang digaji oleh pajak rakyat dianggap sebagai puncak dari arogansi.

Publik merasa, wakil rakyat yang seharusnya menjadi bagian dari mereka, kini justru memposisikan diri sebagai kasta yang lebih tinggi.

Konteks Pahit: Tunjangan Elite vs. Potongan Gaji Jelata

Kemarahan publik ini bukan tanpa sebab. Pernyataan Deddy Sitorus menjadi viral karena ia dihubungkan langsung dengan isu ketidakadilan yang sedang dirasakan rakyat.

Seperti yang disindir dalam gambar viral lainnya yakni "DPR Dapat Tunjangan Rumah Jabatan Yang sebaliknya Rakyat gaji UMR dipotong 3%, ya DPR Dibandingin Dgn Rakyat Jelata Disituh Alami Sesat Logika."

Logika "jangan membandingkan" yang diucapkan Deddy Sitorus justru dibalik oleh publik: justru karena perbandingan inilah "sesat logika" para elite terlihat begitu jelas.

'Beda Spesies?': Krisis Empati di Senayan

Rentetan peristiwa ini melahirkan sebuah kesimpulan pahit di benak publik: para anggota dewan hidup di dalam "gelembung" privilese yang membuat mereka kehilangan empati dan koneksi dengan realitas.

Mereka dianggap tidak lagi merasakan bagaimana susahnya hidup dengan gaji UMR, bagaimana cemasnya melihat slip gaji terpotong, atau bagaimana lelahnya berjuang untuk sekadar bertahan hidup.

Cemoohan sarkastis "duh, emang beda spesies ya?" adalah teriakan frustrasi dari rakyat yang merasa tidak lagi diwakili, bahkan dipandang sebelah mata oleh orang-orang yang seharusnya memperjuangkan nasib mereka.

Kini, bola panas ada di tangan Deddy Sitorus dan PDI Perjuangan. Apakah ini adalah sebuah "slip of the tongue" yang disesali, atau cerminan jujur dari mentalitas elite yang sesungguhnya?

Bagaimana menurut Anda? Apakah perbandingan antara pejabat dan rakyat memang sebuah "sesat logika"? Sampaikan pandangan Anda di kolom komentar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?