- Hanya Satu Orang Jadi Tersangka dari 15 yang Ditangkap
- Seorang Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Ditetapkan Sebagai Tersangka
Suara.com - Aksi unjuk rasa di Kota Serang yang berujung pembakaran pos polisi di Bunderan Ciceri pada Sabtu (30/8/2025) malam lalu ternyata menyimpan banyak cerita di baliknya. Bukan cuma soal kerusakan, tapi juga siapa saja yang terlibat di dalamnya.
Dari total 15 orang yang diamankan polisi, muncul fakta-fakta yang bikin geleng-geleng kepala. Kepolisian Daerah (Polda) Banten pun mengambil langkah yang cukup tak terduga.
Penasaran? Berikut adalah 7 fakta menarik yang terungkap dari insiden panas di Serang.
1. Hanya Satu Orang Jadi Tersangka dari 15 yang Ditangkap
Dari belasan orang yang diciduk saat kerusuhan terjadi, polisi akhirnya mengerucutkan penyelidikan dan menetapkan hanya satu orang sebagai tersangka utama.
Angka ini cukup mengejutkan, mengingat skala kerusuhan yang terjadi. Ini menunjukkan bahwa polisi fokus pada individu yang dianggap paling bertanggung jawab atas perusakan dan pembakaran, bukan sekadar "menjaring" massa aksi.
2. Tersangka Tunggal Berstatus Mahasiswa Untirta
Fakta berikutnya adalah identitas sang tersangka. Ia merupakan seorang mahasiswa dari kampus ternama di Banten, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta).
Keterlibatan seorang mahasiswa sebagai tersangka utama dalam aksi anarkis ini kembali menyorot peran dan tanggung jawab kaum intelektual muda dalam menyuarakan aspirasi.
Baca Juga: Kapolda Banten: Mahasiswa Perusak Jadi Tersangka, Pelajar SMP-SMA Dipulangkan ke Orang Tua
Kapolda Banten, Brigjen Pol Hengki, menegaskan, "kita tidak akan tolerir bagi yang melakukan pelanggaran tindak pidana." ujarnya.
3. Mayoritas yang Ditangkap adalah Anak di Bawah Umur
![Massa yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Pati Bersatu (AMPB) mengikuti aksi di depan Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Senin (1/9/2025). [ANTARA FOTO/Fauzan/wpa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/09/01/75185-warga-pati-demo-di-kpk-warga-pati-geruduk-kpk.jpg)
Ini mungkin fakta yang paling mencengangkan. Dari 14 orang lainnya yang sempat diamankan bersama sang mahasiswa, mayoritas ternyata masih berstatus pelajar.
Bukan cuma anak SMA, bahkan ada siswa yang masih duduk di bangku SMP. Kapolda Hengki mengungkapkan, "Banyak yang ikut aksi itu masih pelajar, bahkan ada yang kelas 1 SMA dan SMP." ucapnya.
4. Motif Ikut Demo: Terpengaruh Medsos dan FOMO
Lalu, apa yang membuat anak-anak SMP dan SMA ini nekat turun ke jalan dalam aksi yang berisiko tinggi? Menurut analisis Kapolda Banten, pemicunya sangat relevan dengan Gen Z pengaruh media sosial dan Fear of Missing Out (FOMO) alias takut ketinggalan tren atau pergaulan.
Mereka diduga ikut-ikutan tanpa memahami sepenuhnya substansi dan risiko dari aksi yang mereka ikuti.
5. 14 Pelajar Dipulangkan, Polisi Ambil Langkah Humanis
Alih-alih memproses hukum para pelajar ini, Polda Banten mengambil langkah yang berbeda. Mereka semua dipulangkan setelah orang tuanya dipanggil untuk menjemput.
Menurut Kapolda, para orang tua bahkan mengucapkan terima kasih atas kebijakan ini. Sebuah pendekatan humanis yang bertujuan untuk pembinaan, bukan penghukuman, bagi anak-anak yang dianggap "tersesat".
6. Kapolda Minta Orang Tua Cek HP dan Pergaulan Anak
Buntut dari fenomena ini, Kapolda Hengki secara khusus memberikan imbauan keras kepada para orang tua. Ia meminta agar pengawasan terhadap anak diperketat, terutama dalam penggunaan gawai dan lingkaran pertemanan mereka.
"Pengawasan yang paling kuat adalah dari orang tua, cek handphone anak-anaknya, awasi pergaulannya," kata Hengki. Pesan ini seolah menjadi wake-up call bagi setiap keluarga.
7. Misi Belum Selesai: Polisi Kini Buru Aktor Intelektual
Meski sudah menetapkan satu tersangka dan memulangkan belasan pelajar, kasus ini belum ditutup. Misi utama kepolisian selanjutnya adalah memburu "otak" atau aktor intelektual di balik kerusuhan.
Pihak berwenang menduga ada pihak yang sengaja memprovokasi massa dan menunggangi aksi damai menjadi anarkis. "Kita masih pelajari ya (aktor intelektual), karena kalau unjuk rasa itu kan dia awalnya mulanya damai," tutup Hengki.