Suara.com - Kementerian Kesehatan Palestina pada Jumat (6/9/2025) melaporkan bahwa dalam 24 jam terakhir, sebanyak 69 warga Palestina tewas dan 422 orang lainnya luka-luka akibat serangan udara Israel di wilayah tersebut.
Data ini memperkuat realitas tragis yang terus berlangsung sejak eskalasi dimulai pada Oktober 2023.
Menurut laporan resmi yang dikutip dari laman Antara, Sabtu (6/9/2025), total korban tewas akibat agresi militer Israel di Jalur Gaza kini mencapai 64.300 orang, sementara 162.005 orang lainnya mengalami luka-luka.
Dari jumlah tersebut, sejak 18 Maret 2025 saja, tercatat 11.768 warga Palestina meninggal dunia dan 49.964 terluka, menunjukkan intensitas serangan yang semakin meningkat.
Konflik ini meletus sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, ketika kelompok tersebut meluncurkan roket dan menerobos perbatasan, menyandera lebih dari 200 orang.
Menurut pihak berwenang Israel, sekitar 1.200 warga Israel tewas dalam insiden itu.

Sebagai balasan, Israel meluncurkan Operasi Pedang Besi, yang ditandai dengan serangan udara besar-besaran dan blokade total terhadap Jalur Gaza, menghentikan pasokan air, listrik, bahan bakar, makanan, dan obat-obatan — sebuah tindakan yang menuai kritik luas dari komunitas internasional dan kelompok hak asasi manusia.
Infrastruktur Hancur dan Pengungsi Krisis Tempat Tinggal
Menteri Ekonomi Palestina, Mohammed Al-Amour, menyebut bahwa 85 persen infrastruktur sipil Gaza hancur akibat gempuran militer Israel. Biaya rekonstruksi diperkirakan mencapai $50 miliar USD (setara Rp823 triliun).
Baca Juga: Malaysia Desak Sidang PBB Seret Israel ke Mahkamah Internasional
Kondisi semakin genting ketika krisis tempat tinggal bagi pengungsi Palestina kini mencapai lebih dari 96 persen, menurut pemerintah Gaza. Israel juga dilaporkan menghadang pengiriman tenda dan merencanakan operasi militer baru untuk mencaplok Kota Gaza, yang akan memperparah krisis kemanusiaan yang sudah berada di ambang kehancuran total.
Seiring meningkatnya jumlah korban sipil dan hancurnya infrastruktur vital, seruan internasional untuk gencatan senjata dan bantuan kemanusiaan semakin menguat. Namun hingga kini, blokade dan serangan militer terus berlangsung, meninggalkan warga sipil Palestina dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
Dengan angka korban yang terus meningkat dan minimnya akses bantuan, Jalur Gaza kini menjadi salah satu zona konflik paling mematikan dan tidak manusiawi di dunia.
Komunitas internasional dituntut untuk segera bertindak demi menghentikan pembantaian dan memberikan perlindungan bagi warga sipil Palestina.