Pergi Mengaji untuk Menyambut Maulid, Pulang Tanpa Nyawa: Kisah Pilu di Balik Tragedi Mushola Ciomas

Andi Ahmad S Suara.Com
Minggu, 07 September 2025 | 14:19 WIB
Pergi Mengaji untuk Menyambut Maulid, Pulang Tanpa Nyawa: Kisah Pilu di Balik Tragedi Mushola Ciomas
Petugas Gabungan Melakukan Evakuasi di lokasi tragedi ambruknya Mushola Majlis Ta'lim Asobiyah di Ciomas, Bogor, Jawa Barat, Minggu 7 September 2025 [Ist]
Baca 10 detik
  • Di balik data korban tragedi mushola ambruk di Ciomas, tersimpan cerita pilu Irni, Wulan, dan Yati.
  • Mereka adalah ibu, sahabat, dan tetangga yang pergi untuk beribadah namun tak pernah kembali.

Suara.com - Angka hanyalah angka sampai kita mendengar cerita di baliknya. Tiga korban meninggal dan puluhan luka-luka dalam tragedi ambruknya Mushola Majlis Ta'lim Asobiyah di Ciomas, Bogor, Jawa Barat bukan sekadar statistik bencana.

Mereka adalah Irni, Wulan, dan Yati para ibu, istri, dan sahabat yang meninggalkan rumah dengan senyum untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW Munggu 7 September 2025, namun takdir berkata lain.

Minggu pagi seharusnya menjadi hari yang penuh berkah. Namun, di Kampung Sukamakmur, hari itu terukir sebagai memori duka yang mendalam.

Bagi keluarga Irni, kepergiannya terasa begitu tiba-tiba. Pagi itu, seperti ibu-ibu lainnya di kampung, ia bersemangat menyiapkan diri untuk menghadiri pengajian Maulid.

Mengenakan busana terbaiknya, ia pamit kepada suami dan anak-anaknya. Tak ada yang menyangka itu adalah pamitan terakhir.

"Biasanya juga selalu paling semangat kalau ada acara majelis taklim. Pagi itu masih sempat menyuapi anak sarapan, bilang mau ngaji dulu sebentar," kenang seorang kerabat dekat sambil menahan tangis.

Irni dikenal sebagai sosok yang ramah dan aktif di lingkungan. Kehadirannya di majelis taklim bukan hanya untuk beribadah, tetapi juga untuk bersilaturahmi.

Ia adalah salah satu korban yang menghembuskan napas terakhirnya saat dalam penanganan medis di RS Medical Dramaga. Kepergiannya meninggalkan lubang besar di hati keluarga dan para sahabatnya.

Kisah Wulan dan Yati adalah cerita tentang persahabatan yang dibawa hingga akhir hayat.

Baca Juga: Tragedi Maulid! Mushola di Ciomas Bogor Ambruk Saat Pengajian, 3 Orang Tewas dan Puluhan Luka-Luka

Keduanya dikenal tak terpisahkan dalam setiap kegiatan keagamaan di kampung.

Pagi itu, mereka berangkat bersama menuju mushola, saling berbagi tawa di sepanjang jalan, tak menyadari maut mengintai di tempat mereka hendak memanjatkan doa.

"Mereka itu selalu bareng ke mana-mana, kayak saudara. Kalau satu tidak berangkat ngaji, yang satunya pasti menyusul ke rumahnya," ujar seorang tetangga.

Saat bangunan berlantai dua itu runtuh, keduanya termasuk di antara puluhan jemaah yang tertimpa. Tim penyelamat berpacu dengan waktu untuk mengevakuasi mereka.

Namun, takdir berkata lain. Wulan dinyatakan meninggal dunia di RS PMI Kota Bogor, sementara Yati menyusul di RSUD Kota Bogor. Persahabatan mereka di dunia berakhir dalam sebuah tragedi yang sama.

Di antara duka, ada kisah perjuangan mereka yang selamat. Siti Aminah (bukan nama sebenarnya), salah satu korban luka, menceritakan detik-detik mencekam saat langit-langit mushola runtuh menimpa mereka.

"Awalnya kami sedang khusyuk shalawatan. Tiba-tiba ada suara 'krek..krek' keras sekali, lalu semuanya langsung gelap. Saya hanya bisa mendengar teriakan dan tangisan di mana-mana. Saya tertimpa kayu, rasanya sesak sekali, hanya bisa pasrah dan berzikir," tuturnya dengan suara bergetar di ruang perawatan rumah sakit.

Ia berhasil diselamatkan oleh warga yang sigap membongkar puing-puing dengan tangan kosong sebelum tim BPBD tiba.

Baginya, selamat dari musibah itu adalah sebuah keajaiban, namun bayang-bayang wajah sahabatnya yang tak seberuntung dirinya terus menghantuinya.

Kalak BPBD Kabupaten Bogor, Ade Hasrat, mengonfirmasi bahwa insiden ini terjadi begitu cepat.

"Tim dapat informasi dari kepala desa Sukamakmur telah terjadi bencana majelis berlantai 2 ambruk pada saat kegiatan maulid diperkirakan lebih dari 50 orang tertimpa bangunan," kata dia, menggambarkan betapa banyaknya nyawa yang berada dalam bahaya saat itu.

Kini, Kampung Sukamakmur diselimuti duka. Pengajian yang seharusnya menjadi perayaan suka cita berubah menjadi ladang tangis.

Namun, di tengah kepiluan, solidaritas warga menguat, saling membantu dan menguatkan keluarga yang ditinggalkan. Kisah Irni, Wulan, dan Yati menjadi pengingat pedih bahwa maut bisa datang kapan saja, bahkan di tempat kita mencari ketenangan spiritual.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI