7 Fakta Keracunan MBG Cipongkor: Korban Dilaporkan Kejang, Status Ditetapkan KLB

M Nurhadi Suara.Com
Selasa, 23 September 2025 | 19:04 WIB
7 Fakta Keracunan MBG Cipongkor: Korban Dilaporkan Kejang, Status Ditetapkan KLB
Ilustrasi Salah satu korban keracunan MBG di Bandung [Suarabogor/HO/Pemkot Bogor]

Suara.com - Keracunan massal setelah menyantap makan bergizi gratis (MBG) terjadi di Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Senin (22/9/2025) lalu. Berikut tujuh fakta keracunan MBG mulai dari status kejadian luar biasa (KLB), korban kejang, dan BAB bercampur darah.

1. 300-an Siswa Keracunan

Sedikitnya 352 siswa mulai jenjang PAUD hingga SMA diketahui keracunan setelah menyantap MBG. Para siswa mengeluhkan mual-mual, muntah, dan sesak napas.

Ratusan siswa yang mengalami keracunan tersebut segera mendapatkan penanganan di beberapa titik, antara lain GOR Cipongkor, RSIA Anugrah, dan RSUD Cililin.

2. Awal Mula Dugaan Keracunan

Awal mula dugaan keracunan terjadi ketika 15 pelajar SMK Pembangunan mengeluhkan gejala mual, muntah, hingga sesak napas setelah menyantap MBG. Pelajar-pelajar tersebut kemudian dilarikan ke Puskesmas Cipongkor kemudian dirujuk ke RSUD.

3. Pemkab Tetapkan KLB

Bupati Bandung Barat Jeje Ritchie Ismail secara resmi menetapkan kasus keracunan massal MBG di Kecamatan Cipongkor sebagai kejadian luar biasa (KLB).

Ia menegaskan, status KLB ini resmi setelah ia mengunjungi posko penanganan siswa korban keracunan di Kantor Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (23/9).

Baca Juga: Marak Kasus Anak Keracunan MBG, Kepala BPOM Buka Suara: Ini Pembelajaran Bagi Kita

4. Program MBG Dihentikan Sementara

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana, mengumumkan penghentian sementara program ini saat meninjau lokasi di Bandung Barat pada Selasa.

Langkah ini diambil untuk melakukan evaluasi komprehensif agar kejadian serupa tidak terulang kembali di masa mendatang.

"Saya sudah meninjau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi atau SPPG-nya. Kondisinya sebenarnya bagus, hanya mungkin ada keteledoran. Itu yang harus jadi perbaikan menyeluruh. Saya sudah minta untuk setop sementara,” ujar Dadan, dilansir dari Antara.

5. SPPG Ternyata Baru Beroperasi

Dadan menambahkan SPPG di Cipongkor baru beroperasi. Menurutnya, idealnya, dapur MBG seharusnya dijalankan secara bertahap, dimulai dari beberapa sekolah dengan skala kecil untuk pembiasaan sebelum diperluas cakupannya.

Namun, dalam kasus ini, dapur tersebut langsung memasak dalam jumlah besar, yang kemudian menimbulkan kendala teknis dan memicu insiden keracunan.

"Seharusnya dimulai dari dua hingga tiga sekolah dulu sampai terbiasa. Tapi SPPG kali ini langsung dalam jumlah besar, itu yang menyebabkan kesalahan teknis,” katanya, mengidentifikasi akar masalah pada manajemen operasional skala besar yang belum matang.

6. Percepatan Program Tidak Boleh Mengesampingkan Standar Keamanan

Dadan menambahkan pengalaman ini menjadi pelajaran berharga bahwa percepatan program tidak boleh mengesampingkan standar keamanan dan kualitas.

Meskipun diwarnai insiden, Dadan menyampaikan apresiasi kepada tenaga medis, relawan, aparat, dan pemerintah daerah (pemda) yang telah sigap menangani para korban.

Respons cepat dari berbagai pihak ini patut diacungi jempol dalam memitigasi dampak lebih lanjut. Kendati demikian, Dadan juga menyoroti adanya kebutuhan yang masih perlu ditingkatkan, mulai dari ketersediaan obat-obatan hingga fasilitas dasar di lokasi penanganan darurat.

Peningkatan kapasitas dan kesiapsiagaan darurat menjadi krusial untuk menghadapi situasi serupa di masa depan.

7. Upaya Perbaikan

Sebagai upaya perbaikan, Dadan menegaskan bahwa seluruh dapur BGN wajib memenuhi standar operasional yang ketat, mencakup aspek higienitas, kelengkapan peralatan, serta kecukupan personel yang terlatih.

Pihaknya juga telah mengeluarkan instruksi baru yang lebih spesifik terkait proses pengolahan makanan. "Kadang mereka harus bangun malam dan menyiapkan dalam waktu singkat. Sekarang kami instruksikan agar makanan diproses tidak lebih dari 4–5 jam," kata Dadan.

Selain itu, ia juga menekankan pentingnya bahan baku yang berkualitas, yang harus berasal dari pemasok terpercaya.

Langkah-langkah ini diharapkan dapat memperketat pengawasan dan mencegah terulangnya kasus keracunan di kemudian hari, sekaligus mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap Program Makan Bergizi Gratis.

Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI