Baca 10 detik
-
- Utusan Khusus Presiden Hasyim Djojohadikusumo menegaskan Indonesia memilih phase-down, bukan phase-out energi fosil.
- Pemerintah menyebut target pertumbuhan ekonomi 8% pada 2029 membuat penghentian fosil tidak realistis.
- Pengamat menilai Indonesia “tidak menunjukkan kepemimpinan” dan terlalu fokus jual-beli karbon di COP30.
“Tanpa RUU Masyarakat Adat, pasar karbon hanya akan mengeksploitasi wilayah adat yang menjadi penyangga utama penyerap karbon,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa sistem MRV (monitoring–reporting–verification) yang mahal berpotensi menjadi beban fiskal baru.
Timer kembali mengingatkan bahwa Indonesia gagal mengambil posisi diplomatik yang lebih tegas untuk mendorong penghentian energi fosil dan deforestasi global.
