- Kepala Basarnas menyampaikan analisis penyebab tingginya korban banjir bandang Sumatera di Jakarta pada Senin (1/12/2025).
- Pemukiman warga umumnya berada di punggung bukit terjal dan tepi sungai yang sangat rawan longsor.
- Estimasi korban terdampak bencana diperkirakan mencapai 800 orang dengan ratusan belum ditemukan.
Suara.com - Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii, mengungkapkan analisis lapangan mengenai penyebab tingginya jumlah korban jiwa dalam bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda wilayah Sumatera.
Hal itu disampaikannya dalam Rapat bersama Komisi V DPR RI di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (1/12/2025).
Syafii menyoroti tata letak pemukiman warga yang berada di lokasi sangat rawan.
"Jadi kalau kami lihat bahwa struktur tanah yang ada di wilayah Sumatera ini sebenarnya kalau kami lihat, pertama masyarakat tinggal rata-rata di tepi sungai atau di tepi jalan raya di mana jalan raya ini selalu ada di punggung dari bukit-bukit," ujar Syafii dalam rapat.
Menurutnya, bahwa kondisi topografi di lokasi bencana sangat terjal dengan struktur tanah yang labil, bukan bebatuan, sehingga sangat mudah terjadi longsor saat curah hujan tinggi. Hal ini terpantau jelas saat Basarnas melakukan pemantauan udara.
"Dan kalau kami lihat bahwa kondisi yang ada ini sebenarnya sangat terjal. Tapi terjalnya ini bukan bebatuan tapi sebenarnya tanah. Sehingga pada saat kemarin kami melintas menggunakan sarana udara. Kami melihat bahwa bagaimana lonsoran-lonsoran ini yang luar biasa dan ini sangat memungkinkan bahwa jalan-jalan yang putus yang di situ ada pemukiman ini sangat mudah sekali berdampak," jelasnya.
Akibat kondisi geografis dan posisi pemukiman tersebut, Syafii memaparkan data prediksi korban yang cukup besar.
Ia menyampaikan, estimasi total korban terdampak mencapai sekitar 800 orang, dengan ratusan di antaranya masih belum ditemukan.
"Begitu juga yang ada tidak jauh dari sungai bawah. Kemarin hampir total kalau kami prediksi 800 korban yang di mana 400 sekian sudah kami temukan dan 400 belum kami temukan. Kemungkinan besar karena tersapu karena kondisi alam yang memang seperti itu," ungkapnya.
Baca Juga: Mobil Kena Banjir Sumatera? Jangan Panik! Panduan Klaim Asuransi Anti Gagal dari Awal Sampai Bengkel
Menyikapi hal ini, Syafii berharap ada upaya sosialisasi yang masif kepada masyarakat, terutama dari pemerintah daerah, mengenai kerentanan lokasi tempat tinggal mereka. Informasi cuaca dari BMKG diharapkan dapat menjadi dasar peringatan dini.
"Artinya dengan informasi yang diberikan BMKG harapan kami ini bisa tersosialisasi dan khususnya pemerintah daerah mampu memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang bahwa keberadaan mereka bersama keluarga tinggal ini sebenarnya di posisi yang sangat rentan terhadap bencana," tuturnya.
Lebih lanjut, bahwa Basarnas selalu berupaya melakukan edukasi, namun membutuhkan dukungan dari berbagai pihak mengingat keterbatasan yang ada.
"Itu memang kami selalu lakukan namun dengan keterbatasan kami tentunya kami butuh dukungan," pungkasnya.