- Studi internasional 2020 memprediksi mangrove global dapat mencegah kerugian banjir hingga US$65 miliar per tahun.
- Simulasi di Oman menunjukkan mangrove buatan mengurangi kedalaman banjir dan kecepatan arus secara signifikan saat badai.
- Restorasi mangrove menjadi solusi alamiah efektif dan terjangkau bagi kota-kota pesisir Indonesia menghadapi abrasi.
Suara.com - Perubahan iklim dan pembangunan pesisir meningkatkan risiko abrasi dan banjir rob di banyak kota pantai dunia, termasuk Indonesia. Studi global baru-baru ini menegaskan bahwa mangrove adalah solusi alami yang sangat efektif.
Penelitian internasional yang dipublikasikan di Scientific Reports (2020) memperkirakan mangrove mampu mencegah kerugian akibat banjir hingga US$65 miliar per tahun dan melindungi 15 juta orang secara global. Angka tersebut setara dengan lebih dari Rp 1,066 triliun per tahun.
Lebih dari 45 segmen pantai sepanjang 20 km, terutama di dekat kota besar, menerima manfaat proteksi banjir senilai lebih dari US$250 juta per tahun (sekitar Rp 4,1 triliun) berkat keberadaan mangrove.
Pelayo Menendez dari UC Santa Cruz menyimpulkan, “Mangrove menyediakan pertahanan alami yang sangat efektif, mengurangi risiko dan kerugian akibat banjir.”
Michael Beck, salah satu penulis studi tersebut, menambahkan bahwa “mangrove dapat tumbuh seperti gulma, bahkan di sekitar kota, jika diberi kesempatan.” Fakta ini menggarisbawahi potensi restorasi mangrove bahkan di wilayah urban.
Studi Kasus Oman: Proteksi Hijau di Pelabuhan Sur
Kisah nyata datang dari Oman, di mana tim peneliti yang dipimpin oleh Masoud Banan-Dallalian (dipublikasikan di Regional Studies in Marine Science, 2024) mensimulasikan dampak badai tropis Gonu (2007) terhadap pantai Sur. Mereka mempertimbangkan dua skenario: tanpa dan dengan hutan mangrove buatan selebar 90 meter di sepanjang pantai.
Hasilnya dramatis:
Kedalaman Banjir: Tanpa mangrove, kedalaman banjir di area terdalam mencapai sekitar 1,3 meter. Dengan mangrove buatan, kedalaman banjir berkurang menjadi kurang dari 1 meter.
Baca Juga: Indonesia Sports Summit Ambil Bagian Beri Bantuan untuk Korban Bencana Alam Sumatera
Kecepatan Arus: Kecepatan arus tertinggi mencapai ≈0,9 m/s tanpa mangrove, lalu turun menjadi <0,5 m/s dengan adanya mangrove.
Zona Risiko: Zona risiko tinggi (kedalaman banjir >1 meter) yang meliputi 5% pantai saat tanpa mangrove, nyaris lenyap setelah mangrove ditanam.
Hutan mangrove tidak hanya menahan air; akar-akarnya yang kuat juga menahan sedimen dan mencegah abrasi pantai. Studi di Oman ini menunjukkan manfaat nyata: penempatan breakwater saja tidak cukup, kawasan pantai dengan mangrove memiliki proteksi ekstra. Para peneliti menyimpulkan bahwa “penggunaan hutan mangrove buatan sebagai metode ramah lingkungan dapat secara efektif melindungi pantai Sur terhadap perubahan iklim.”
Relevansi dan Pelajaran untuk Indonesia
Hasil-hasil ini sangat relevan untuk Indonesia, negara kepulauan dengan ribuan kilometer garis pantai yang rapuh. Abrasi dan banjir rob sudah menjadi masalah serius di pesisir kita. Misalnya, beberapa muara sungai besar di Jawa dan Sumatra mengalami penurunan daratan dan kehilangan mangrove, yang memperburuk banjir pesisir. Studi global dan dari Oman menegaskan satu solusi: memulihkan mangrove.
Restorasi mangrove terbukti berhasil di banyak negara. Sebagai contoh, proyek besar-besaran di Vietnam, Filipina, dan Guyana telah menanami ulang 100.000 hektare mangrove yang sebelumnya hilang. Indonesia dapat menerapkan strategi serupa: merehabilitasi hutan mangrove di dekat kota pesisir, memadukannya dengan infrastruktur hijau-biru (seperti terumbu karang dan pantai bervegetasi), serta melibatkan komunitas lokal.
