Lebih dari 100 negara telah berusaha keras mencantumkan kata "menghentikan" dalam kesepakatan iklim global tentang penggunaan minyak, gas dan batu bara.
Namun, mereka menghadapi penentangan kuat dari kelompok negara penghasil minyak OPEC yang dipimpin Arab Saudi, yang berpendapat dunia dapat mengurangi emisi tanpa menghindari penggunaan bahan bakar secara spesifik.
Negara-negara OPEC yang memiliki hampir 80 persen cadangan minyak dunia dan memproduksi sekitar sepertiga minyak di pasar global, sangat bergantung pada komoditas ini.
Di lain pihak, negara-negara kepulauan yang rentan terhadap perubahan iklim menjadi kelompok paling vokal yang menuntut dihentikannya penggunaan bahan bakar fosil.
Mereka mendapat dukungan dari negara-negara produsen minyak dan gas seperti Amerika Serikat, Kanada, Norwegia, dan juga dari Uni Eropa serta beberapa negara lain.
"China menilai COP 28 penting. Selama COP 28, China berpartisipasi penuh dalam konsultasi mengenai semua topik dan berkoordinasi erat dengan Uni Emirat Arab (UEA) sebagai ketua COP 28, dan pihak-pihak lain agar dapat secara tegas mengutamakan kepentingan bersama negara-negara berkembang," demikian pernyataab Mao Ning kepada media di Beijing, China, Kamis (14/12/2023).
Sebagai negara yang menyandang reputasi sebagai pasar otomotif terbesar di dunia, Tiongkok memproduksi banyak mobil dari brand nasional mau pun internasional yang membuka pabrik di negerinya. Utamanya adalah di Kota Shanghai.
Selain mobil konvensional, juga diproduksi mobil tenaga listrik atau EV (Electric Vehicle).
Adanya hasil COP 28 tentu semakin mendorong Tiongkok menjadi salah satu negara pelaksana peduli iklim secara lebih mendalam. Termasuk implementasi mobil listrik atau EV. Apalagi telah mengantongi prestasi sebagai pemilik pasar terbesar di dunia.
Baca Juga: Astra Honda Racing School Cetak Calon Rider Kelas Dunia, Praktek Langsung di Kejuaraan HDC