Studi: Perebutan Otoritas Agama Suburkan Kelompok Militan di Jawa

Liberty Jemadu Suara.Com
Selasa, 27 Oktober 2020 | 08:15 WIB
Studi: Perebutan Otoritas Agama Suburkan Kelompok Militan di Jawa
Sejumlah santri mengikuti shalat jumat hingga meluber di jalan di kawasan pondok pesantren (ponpes) Lirboyo, Kota Kediri, Jawa Timur, Jumat (20/3/2020). (Foto: Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Pengaruh seorang kiai berhubungan erat dengan seberapa besar pesantren dan jaringannya. Kiai dengan jumlah murid lebih banyak dan punya lebih banyak jaringan dengan kiai lain secara umum lebih mudah memberi pengaruh lebih di dalam maupun luar wilayah.

Kiai yang punya pengaruh dapat meningkatkan popularitas mereka, sehingga dapat mendapatkan akses, kekuasaan, dan sumber daya di pemerintahan daerah, partai politik, dan institusi Islam (misalnya Kementerian Agama dan Majelis Ulama Indonesia).

Kiai dengan status lebih rendah, yaitu yang muridnya sedikit dan koneksinya lemah dengan kiai lain, akan lebih sulit mendapatkan kesempatan untuk memperluas pengaruhnya.

Sebaliknya, mereka menjadi rentan dan harus melakukan banyak upaya jika ingin bertahan dalam jangka panjang.

Kurangnya pesantren besar di Jawa Barat membuat provinsi tersebut kekurangan kiai yang berpengaruh.

Meski masyarakat Jawa Barat memiliki identitas Islam yang kuat, otoritas Islam di sana lebih lemah dan lebih kompetitif dibanding dengan daerah lain.

Dalam konteks ini, kita bisa memahami munculnya kelompok militan di Jawa Barat.

Kiai Jawa Barat memiliki pesantren lebih kecil dan harus bersaing mendapatkan murid dengan menggunakan retorika agama yang lebih agresif.

Bergabung atau membentuk sebuah kelompok militan, yang menggunakan wacana moralitas dan sektarianisme, telah menjadi alat kuat untuk memperluas otoritas keagamaan.

Baca Juga: Sentil Gus Nur, Politikus PKB: Ngaji Tak Bisa, Apa Layak Disebut Ulama?

Banyak kiai kecil telah mendapatkan pengikut baru dan pengakuan dari kiai dan pembuat kebijakan lainnya justru sebagai hasil dari mobilisasi dan wacana agama yang tegas di ruang publik.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI