"Kami juga terus mengeksplorasi upaya membangun sendiri last-mile fiber home passed sehingga bisa meningkatkan utilisasi asset yang lebih baik selaras dengan strategi Light Asset," ungkapnya.
Sementara Direktur & Plt CEO Link Net, Kanishka Wickrama mengatakan, kesepakatan tidak mengikat untuk mengalihkan bisnis ritel Link Net ke XL Axiata akan memungkinkan Link Net untuk fokus pada kompetensi inti pengembangan jaringan, sehingga akan menjadikannya sebagai FiberCo yang diakui secara global.
"Selain itu, komitmen XL Axiata untuk memanfaatkan penambahan 2 juta home passed akan mendorong pertumbuhan Link Net yang tinggi di masa mendatang," katanya.
Group CEO & Managing Director Axiata Group, Vivek Sood menyatakan, strategi delayering yang kami lakukan memungkinkan kedua perusahaan untuk bisa mempercepat terwujudnya organizational agility, allow scalability, dan maximise value.
"Hal ini juga diharapkan akan mampu menarik para mitra bisnis yang relevan," ujarnya.
Menurut dia, baik XL Axiata maupun Link Net akan semakin mudah mengembangkan potensi pertumbuhan bisnisnya.
Selama dua tahun kedepan, Link Net akan menyediakan 6,5 juta home passed untuk dimanfaatkan XL Axiata, termasuk untuk melayani 1 juta pelanggan yang sudah ada.
"Dengan prioritas strategi yang telah disampaikan, Axiata akan mendorong peningkatan kinerja dan mempercepat pertumbuhan yang menguntungkan di seluruh Indonesia dan wilayah lainnya, dan juga menyediakan seluruh potensi layanan digital telco, bisnis digital serta infrastruktur yang ada, yang didukung dengan alokasi modal yang terfokus." pungkas Vivek.
Baca Juga: Harga Paket XL Satu BIZ, XL Axiata Terus Dorong Digitalisasi UKM